Jumat, 18 Mei 2012

Call me again.. By: Azura

I

“Kriiingg…Kriiiing”

            Suara itu, sangat terdengar jelas di telingaku, suara telefon berdering seakan-akan memenuhi ruangan ini, terkesan membuatku merasakan aura yang sangat berbeda disini, aura yang tak pernah kurasakan dan hanya kurasakan pada saat malam tiba. setiap malam aku selalu mendengar suara bising ini, suara yang membuat seluruh bulu kudukku merinding, namun tiba-tiba suara bergetar itu membuyarkan fikiranku, anehnya orang tuaku tidak pernah mendengar hal ini sebelumnya. aku terkejut setelah melihat pacarku men-dial-ku, sehingga meninggalkan bunyi bergetar di handphoneku, lalu aku reject telefon itu, dan aku pun berniat untuk SMS pacarku itu agar tidak menelfonku disaat malam hari. Dengan perasaan takut aku mencoba untuk memejamkan mata sejenak dan berharap agar aku bisa tidur dengan nyenyak.

             Pagi harinya adalah hari paling bersejarah di sekolahku, yaitu adalah hari dimana sekolahku merayakan hari jadinya. Dan sekolah berniat mengadakan acara pensi yang diadakan di lingkungan sekolah dan diikuti oleh seluruh murid. Difikiranku terbayang dimana semua orang mengenakan pakaian adat tradisional dan menari-nari didepan umum layaknya penari profesional. Akupun tidak ingin ketinggalan, aku mengetahui bakatku yang tependam, aku tentu mempunyai bakat, ya setiap orang pasti mempunyai bakatnya masing-masing. Aku dan temanku Lola ingin mengikut lomba puisi. Dengan percaya diri aku mengikuti lomba itu dengan lancar. Aku hanya tinggal menunggu pengumuman tentang hasil lomba itu.

            Malam ini, aku berniat untuk tidur sejenak sambil melepas lelah. Tiba-tiba aku mendengar suara dering telefon. Teringat olehku tentang suara bunyi telefon yang setiap malam kudengar. namun aku mencoba untuk berpositif thinking tentang itu. Dengan berbekal sedikit nyali aku coba mendekati telefon rumahku.

            Lega rasanya setelah mengetahui bahwa bunyi itu berasal dari telefon rumahku sendiri, dan kabar bagusnya lagi setelah mengetahui bahwa telefon itu dari Wali kelasku sendiri yang mengumumkan bahwa pemenang lomba puisi itu adalah aku. Senang rasanya mendengar kabar gembira. Menghilangkan rasa ketakutan yang setiap malam mendera diriku.

            Keesokan harinya, Aku dan Lola berencana ingin merayakan kemenanganku atas lomba pensi disekolah. Aku ingin merayakannya dengan pergi ke suatu tempat yang memiliki kesan khusus yang tak bisa kudapatkan di tempat lain. Iya!, aku sedang membicarakan sebuah arena permainan yang lengkap, disana aku bisa menemukan Halilintar, Rumah hantu, Kincir angin, arena Mangkuk terbang yang bisa membuaku merasa pusing, ataupun acara Koboi yang selalu menyita perhatianku, dan masih banyak lagi.

            Hari yang sungguh melelahkan, sehabis melihat tournament basket yang berlangsung sangat meriah, tak sadar kami pulang begitu larut malam,
           
”Annie, tidakkah kita pulang begitu larut malam, aku takut dimarahi oleh ibuku, bagaimana ini?”
”Kau tidak perlu khawatir Lola, kau hanya cukup bermalam dirumahku saja, tentu ibumu sudah tahu diriku kan? Dan pasti ia tahu kau baik-baik saja selama dirumahku. Tenang saja,”.

Dengan santainya, aku mengajak Lola untuk menginap dirumahku, tanpa memikirkan hal lain yang tentu membuat ia tak nyaman berada dirumahku, yaitu SUARA DERING TELEFON!!. Ah! Aku bahkan tidak sempat memikirkan hal itu tadi pada saat aku mengajaknya bermalam dirumahku. Huft, untung saat itu keadaan rumahku cukup baik, aku berharap tak ada hal buruk yang terjadi malam ini.


II

          Aku bisa melihat ekspresi wajah Lola pada saat masuk kekamarku,
           
            ”Annie, mengapa disini terasa dingin?, bulu kudukku terasa merinding..”

            Hah? Apa yang dia katakan benar-benar membuatku takut. Yang benar saja? Ia  bahkan belum menghabiskan malam disini, namun ia sudah merasakan hal aneh disini. Aku tahu tidak ada jalan keluar untuk mengatasi hal ini, satu-satunya yang bisa ku lakukan hanya membuat dia merasa tenang agar tidak merasa takut akan hal ini.

            Aku sungguh takut hal yang selama ini aku khawatirkan terjadi, aku takut ia mendengar suara itu, dan berfikir seakan-akan aku dan keluargaku adalah Medium yang sering berkomunikasi pada hal-hal gaib di telefon. Padahal tidak, dan itu sungguh hal yang konyol, dan membuat ia jauh dariku. Aku bingung bagaimana dan dari mana harus ku atasi.

            Keadaan begitu sunyi, begitu pun juga yang terjadi di dalam kamarku, aku dan Lola hanya bisa diam seraya melakukan aktifitas masing-masing. aku membaca komik, sedangkan Lola sibuk meng-update status lewat BBMnya. Itulah kegiatan kami, kalau ia sudah main BBM, ia tentu lupa pada segalanya, bahkan semua yang terjadi di sekitarnya. Namun aku melihat diriya tidak nyaman, kali ini dia tidak begitu konsen pada Handphonenya itu, ia lebih sering mengusap belakang lehernya, atau berusaha memeluk dirinya sendiri, seakan-akan ia merasa kedinginan. Aku tahu ia pasti merasa merinding dan tak nyaman berada disini.

            Lebih buruknya lagi ternyata ia merasakan hal yang lebih janggal dari hal yang sebelumnya ia rasakan disini. SUARA!! Ya ampun, aku langsung berfikir pasti suara itu adalah suara yang aku dengar selama ini. Namun anehnya entah mengapa aku tidak mendengarnya, hanya Lola yang mendengarnya.

            ”Annie, apa kau mendengar sesuatu. Seperti suara dering?”
            ”Hah?! Umm.. tidak, aku tidak mendengarnya. Aku bahkan tidak mendengar suara aneh apapun. Bagaimana kalau kita tidur saja? Aku sudah merasa lelah dengan aktifitasku hari ini, tentu kau juga merasa lelahkan? Karna kau merasa lelah, jadi kau merasakan hal-hal aneh malam ini.”
            ”Aku berfikir sama sepertimu, ya sudahlah mungkin benar apa yang kau katakan, aku butuh istirahat, menghilangkan rasa lelah atas apa yang terjadi hari ini. Tentu tidak salah kan?.”
            ”iya, tentu saja, Lola.”


III

            Aku dan Lola terbangun jauh setelah alarmku menyala, kami lega setelah mengetahui bahwa hari ini adalah hari libur, jadi kita tidak perlu khawatir akan telatnya pergi ke sekolah. Tentu saja pasti ia menanyakan kenapa aku bisa terbangun telat, dan apa yang ia rasakan semalam. Apakah ada hubungannya?, tidak masalah jika aku menjawab alasanku bahwa semalam aku berlatih menyanyikan sebuah lagu dari Amy Winehouse yang sering kudengarkan sampai larut malam. Sehingga aku terbangun telat, dan tidak sempat membangunkannya.

            Bisa kulihat ekspresi wajahnya yang lelah setelah apa yang terjadi kemarin, namun ia buru-buru menepisnya. Hari ini aku ingin mengajaknya menonton Film musikal, ya bisa dibilang aku penggemar film-film musikal, apalagi film musikal yang sudah terdahulu, aku sangat menyukainya. Film musikal yang berjudul ”Annie The Musical”, film musikal yang cukup terkenal di sekitar tahun 1982 ini menjadi pilihanku.

            ”I Think, Im Gonna Like It Here!!”

            Begitulah caranya aku menyanyikan sebuah lagu yang ada di film tersebut. Dan anehnya Lola juga menyukainya, aku tentu sangat senang mempunyai teman yang punya banyak kesamaan.

            Waktu demi waktu telah berlalu, sore ini Aku dan Lola pergi ke sebuah Mall yang cukup terkenal dikota ini, dengan pergi kesana kami bisa melihat dan membeli apa yang kami suka. Seperti menonton film horror, membeli snack, membeli tas ataupun aksesoris lainnya.

            Finally, kami memilih untuk menonton film horror, film horror yang sedang terkenal dikalangan masyarakat kota saat ini. Tiba saatnya kami mulai memasuki ruangan bioskop. Tampak gelap dan dingin, itulah rasanya setelah kami memasuki ruangan ini. Dengan aura yang ada disini, membuat kami semakin tertarik untuk menonton film, sungguh kami tidak sabar untuk menunggu filmnya dimulai, seraya duduk dikursi yang empuk, dan memakan beberapa snack dan minuman, seperti popcorn, juice atau koktail membuat kami merasa semakin nyaman berada di tempat ini. Memang sedikit menyeramkan, apalagi setelah mengetahui, bahwa ruangan sebesar, segelap, dan seluas ini akan kosong setelah tengah malam, tidak ada lagi yang mengunjungi ruangan ini. Tentu saja penghuni yang ada didalam ruangan ini merasa sangat terganggu akan kehadiran kami para pendatang ruang bioskop sekarang.

            Film yang lumayan menyeramkan bagiku dan Lola ini membuat bulu kuduk kami perlahan demi perlahan merinding. Cerita horror dari film itu telah menyita perhatian kami. Sampai-sampai kami terus mengingat cerita yang ada di film itu.


IV

            Hari sudah menjelang malam, matahari sudah mulai terbenam, saatnya aku dan Lola pulang. Namun entah mengapa hari ini kami merasa risih, kami merasakan aura negative, seakan-akan ada yang terjadi pada kami. Lola berfikir untuk kembali bermalam dirumahku, kami menyelusuri jalan setapak demi setapak untuk sampai ke rumah, seraya ia menelefon orang tuanya kembali agar di izinkan bermalam dirumahku.

            Saat perjalanan pulang kerumah, kami lega rasanya hampir sampai ke rumah, namun hal yang membuatku ngeri adalah kami harus melewati rumah yang seram itu, rumah yang sudah tua, dengan ornamen atau bangunannya yang memiliki kesan tersendiri ini benar-benar membuatku repot dan kacau. Ditambah lagi aku harus berbohong jika Lola kembali mendengar suara dering itu ketika kami melewati rumah, iihh..aku benar-benar tidak bisa membayangkannya.

            Saat melewati rumah itu, tiba-tiba seluruh bulu kudukku merinding, tubuhku bergetar kecil, Aku dan Lola merasakan aura yang sangat berbeda disini, seakan-akan ada yang menyentuh punggung belakangku. Namun tiba-tiba.....

            Waaaa!! Serentak Aku dan Lola Loncat dan Teriak. Seorang nenek separuh baya berdiri dibelakangku dan berusaha menyentuh punggung belakang kami. Ia mungkin mencoba memanggil kami, namun suara kecil nan lembutnya itu tidak terdengar oleh kami.

            ”ada apa nek? Nenek ini membuat kami kaget saja.”, tukasku.
            ”tidak, nenek Cuma ingin mengingatkan saja. Hati-hati bagi kalian anak gadis, jika malam-malam kalian melewati rumah tua ini, bisa saja kalian mengalami hal aneh,”.
            ”umm.. hal aneh? Seperti apa itu? apakah ada sesosok penampakan yang sering muncul dirumah tua ini? Seperti film horror yang tadi kami saksikan,,”, tanya Lola.
            ”tidak..tidak. Kalian mungkin hanya merasakan hal yang membuat kalian merinding, seperti mendengar suara-suara aneh..” jawab nenek itu dengan suaranya seakan-akan sedang menakuti kami.
            ”hah? Suara aneh? Seperti suara yang kemarin malam aku dengar itu, Annie”. Tukas Lola.
           
            Sedang sibuk-sibuknya membicarakan suara dering telefon itu seraya menoleh kebelakang kami, namun apa yang terjadi, tiba-tiba nenek paruh baya itu sudah tidak ada, serentak kami terkejut dan buru-buru lari dari depan rumah itu.

            Sesampainya dirumah, aku berfikir mungkin saja nenek tadi itu adalah seorang arwah yang bermaksud ingin memberi tahu kami sedikit tentang latar belakang rumah itu yang mungkin sudah ku ketahui sebelumnya. Ia mengulas kembali apa yang sudah ku tahu.


V

    Hari sudah larut malam. Lola merencanakan sesuatu, sesuatu yang tidak mungkin terjadi, tidak mungkin ku lakukan, dan tidak mau kulakukan. Sesuatu yang pada dasarnya terdengar sedikit nekat.

            ”Annie, bagaimana kalau kita masuk kerumah itu, dan mencoba menyelidikinya?”.

Tiba-tiba Lola merencanakan hal gila yang hanya kulihat dari film horror yang tadi kami saksikan. Aku mulai berfikir, jangan-jangan ia terpengaruh oleh film itu. sekarang aku baru menyadarinya, sungguh berbahaya mengajaknya menonton film itu.

”umm.. apa menurutmu rencanamu ini tidak berlebihan?.” jawabku.
”tidak Annie, kita hanya perlu membawa peralatan dan perbekalan, serta nyali yang kuat untuk memasuki rumah itu.”
”tapi aku tidak cukup berani menghadapinya..”
”tenang, aku temanmu Lola selalu ada didekatmu, Annie!.” tukasnya seraya melahap semua snack yang ada didepannya.
            ”Ok! Aku setuju dengan rencanamu kali ini, tapi kalau terjadi sesuatu, itu semua diluar tanggung jawabku ya!”.
            ”sip deh! Hehehe”.

            Sebenarnya aku jengkel dengan semua ini, namun aku berusaha memahami rencananya kali ini, dan kali ini kami tidak boleh gagal, dengan gaya ala detektif professional kami mencoba mendekati rumah itu, dengan perbekalan dan nyali seadanya kami memulai misi kami.

            ”kau saja Lola,.”
            ”kau saja yang membuka pintunya, Annie. Lagi pula kau sudah cukup lama tinggal disini, kau juga cukup mengenal penghuni dirumah tua ini!”
           
            Dengan perasaan yang lumayan takut, aku mencoba membuka pintu rumah tua itu. Didalamnya tampak ornamen-ornamen mewah yang sudah tak terawat, lantai dan dinding tembok yang kotor dan penuh bercak darah dimana-mana, menambahkan kesan yang seram dirumah ini. Cukup tahu aja, bahwa pasti rumah ini sudah tak terawat dan tak ada yang mau merawatnya lagi. Ditambah dengan bekas-bekas bercak darah, yang ku tahu rumah itu dulu punya seorang saudagar asing yang kaya yang mengalami pembantaian dirumahnya ini. Semua keluarganya dibunuh,tidak terkeculi pembantu, supir, dan pemilik rumah ini juga dibunuh. Memang sedikit seram menceritakannya kembali, namun aku berusaha tidak memikirkannya saat mulai masuk kedalam rumah ini.


VI

    Keadaan disini sangat berlawanan dari arti lagu yang sering ku dengar di film Annie the musikal. Disini begitu dingin, tiba-tiba aku sangat peka terhadap apa saja yang terjadi didekatku, sampai aku menyadari bahwa Lola kini menggenggam tanganku. Aku bisa merasakan ketakutannya lewat tangannya yang dingin.

            ”Annie, apa kau tidak merasa ketakutan? Cukup seram disini,”, tukas Lola.
            ”sedikit, ini rencanamu, kenapa kau ketakutan?..” jawabku.
            ”tidak, aku merasa sedikit risih saja..”.

            Aku tahu sejujurnya ia sngat ketakutan, tapi ia buru-buru menepisnya. Aku dan Lola mencoba untuk berjalan kecil menelusuri rumah ini, jujur rumah ini bisa dibilang sangat besar. Bahkan rumah ini juga tak hanya mempunyai satu tingkat saja, dan halamannya yang luas juga menambah kemewahan rumah ini.

            Tiba-tiba Lola melihat sesuatu, mungkin bayangan atau lebih buruk dari itu, matanya yang biru dan besar selalu terbuka dan siap siaga, seakan-akan ia sangat peka terhadap yang ia lihat tadi. Raut wajahnya yang ketakutan membuatku merasa kasihan kepadanya. Aku pun mengajaknya duduk di sebuah kursi yang ada di rumah itu. seraya menenangkan pikiran dan perasaanya dan ku tawarkan ia sebotol air minum.

            ”kau tenang saja, tidak ada apa-apa disini. Lagi pula kita kesini bermaksud baik kan, kita hanya ingin mengenal lebih dekat penghuni yang ada disini. Lagi pula, bagaimanapun mereka juga tetanggaku..”.

            aku terus mencoba menenangkan Lola. Namun tiba-tiba aku dan Lola mendengar sesuatu. BUNYI DERING!! Lagi-lagi aku mendengarnya. Aku dan Lola langsung mencari dari mana suara itu berasal.

            Mataku tertuju pada sebuah meja di begian pojok ruangan, disana terdapat sebuah telefon yang berdering, tentu saja aku dan Lola yakin bahwa suara itu berasal dari sana. Semakin mendekat, semakin ku merasakan detak jantungku yang keras, Lola menggenggam tanganku dengan erat. Tiba-tiba.... KRIING...KRIIIINGGG!!!

0 komentar: