Jumat, 18 Mei 2012

Frankenstein at Winter Time. By: Azura


Pada suatu hari, tepatnya di Brooklyn, di suatu desa yang terpencil, ada seorang anak bernama Frank. Ia adalah anak yang sangat cerdik sekaligus nakal. Ia suka sekali menjaili semua orang. Termasuk saudara perempuannya sendiri yang bernama Quiin.

Frank:  “Hei Quiin! Lihat ini!”. Seraya melemparkan sekepal Salju ditangannya.
Quiin:   ”Frank, kau ini sangat nakal. Ibu..lihat Frank. Ia menjailiku lagi!”.
Ibu:      ”Sudahlah Frank, berhentilah berbuat sesuatu hal yang tidak penting dan merugikan orang lain.”.
Frank: ”Baik, Bu!”.

            Selain sikap jailnya yang sering membuat semua orang merasa jengkel. Ia juga suka sekali merendahkan sesuatu hal yang selalu membuat ibu sedih dan kesal.

Frank: ”Bu, kenapa kita tidak sama seperi semua orang dikota?  Kenapa kita hanya
             memakan sup jagung setiap hari?”.
Ibu:      ”Ingat Frank. Sejak ayahmu meninggal, kita sudah tidak lagi memiliki bahan
             makanan yang cukup banyak. Kita hanya memiliki apa yang sekarang kita
             makan”.
Frank:  ”Tapi bu,,,” tiba-tiba sang ibu memotong pembicaraan Frank.
Ibu:      ”Frank, terimalah apa yang kita punya sekarang. Kau hanya perlu mensyukurinya.            itu saja.”.
Frank:  ”Baiklah,bu...aku mengerti”.

            Namun, pada suatu ketika, sesuatu hal terjadi disana. Salju turun semakin lebat, menutupi sebagian wilayah desa, jalan tertutup salju, banyak rumah dan atap yang tertutup salju. Udara menjadi semakin dingin. Diantara banyaknya orang yang sibuk menyingkirkan timbunan salju disekitar rumahnya, Frank dan Quiin hanya sibuk mengurusi ibu mereka yang sedang sakit di dalam rumah. Udara yang dingin membuat kesehatan sang ibu semakin menurun.

            Sementara bahan makanan dirumah semakin berkurang, namun dengan udara yang dingin dan keadaan kesehatan yang menurun, sang ibu tidak dapat pergi bekerja. Mereka mempunyai makanan yang hanya cukup untuk disantap sang ibu. Mereka hanya bisa menahan lapar.

            Pada waktu itu, musim salju berlangsung sangat lama disana. Kesehatan sang ibu semakin menurun. Sampai-sampai ia tidak kuat lagi menahan rasa sakitnya, dan sampai merenggut nyawa sang ibu. Semenjak itu, sikap Frank perlahan berubah. Frank dan saudara perempuannya sangat sedih dan terpuruk. Kini mereka bukan hanya kehilangan Ayah, harta maupun makanan. Tetapi mereka juga kehilangan sang ibu yang sangat mereka sayangi. Frank berfikir bahwa ini adalah Musim salju terburuk yang pernah ia alami.

            Dengan keadaan yang sangat mendesak. Membuat Frank harus merawat saudara perempuannya sendirian. Frank melakukan pekerjaan yang dulu pernah dikerjakan ibunya. Ia mencari kayu bakar untuk perapian, atau mencari sayuran dan memetik jagung  untuk dimakan. Namun, pada suatu hari ia merasa putus asa akan  kehidupannya. Ia pergi ke dalam hutan, dan menyendiri disana. Tiba-tiba seekor rusa muncul didepannnya, rusa itu berbicara kepadanya. Ia hanya terdiam seolah tidak percaya akan apa yang ia lihat. Mana mungkin seekor rusa bisa berbicara?. Hanya itu yang yang ada dikepalanya kini. Ia hanya berfikir, mungkin itu adalah Rusa yang dikirim Santa untuknya.

            Namun perkiraanya itu salah, suara Rusa yang ia dengar itu seperti suara Ibunya. Rusa itu berbicara kepadanya, seakan memberinya nasihat.

Rusa:    ”Ingat, tidaklah hidup selalu bahagia, tidaklah hidup selalu berada diatas, tentu  kau juga harus melihat yang dibawah. Kau harus belajar menghadapi semuanya dengan tegar, kau harus berusaha untuk menjadi yang terbaik, Frank..”.

            Tiba- tiba rusa itu pun menghilang dari hadapannya. Semenjak kejadian yang ia lihat itu, kini ia mulai berfikir bahwa ia harus belajar menghargai hidup dan menjalaninya dengan tegar. Ia berlari kembali ke rumahnya. ia langsung memeluk Quiin yang sedang menyalakan perapian dirumah mereka yang kecil itu.

Frank:  ”Quiin, tadi aku baru saja melihat Ibu dihutan. Ia berbicara sesuatu padaku.”. seraya menangis sambil memeluk saudara perempuannya.
Quiin:   ”Berbicara apa, Frank?”.
Frank:  ”Maafkan aku, Quiin. Aku tahu bahwa selama ini aku bersalah kepadamu dan Ibu. Aku selalu merendahkan dan tidak menghormati kalian sebagai keluargaku sendiri!”. Tukas Frank.
Quiin:   ”Tidak masalah, Frank. Aku sudah memaafkanmu. Sekarang ini kita hanya berdua. Kita haru hidup dengan akur. Agar Ayah dan Ibu bisa bahagia disana. Aku bersedia membantumu mengerjakan pekerjaan rumah, Frank J”.
Frank:  ”Terima kasih untuk semuanya, Quiin. Aku tahu pasti kau akan menerimaku kembali menjadi saudaramu.”.
Quiin:  ”Tentu saja, Frank”.
            Sejak itu, mereka hidup akur dan bahagia layaknya kedua bersaudara. Kini Frank
mengerti bahwa hidup tidaklah selalu bahagia. Dan kini frank harus belajar menghargai
kehidupannya sendiri. Ia mulai berfikir bahwa Musim salju tidak sepenuhnya buruk.
Namun ia bisa mengambil sesuatu pelajaran dari musim salju kali ini.

The End.

0 komentar: