Kamis, 17 Mei 2012

Kisah Pintu dan Jendela. By: Azura

Pada suatu hari, di sebuah rumah tinggalah si pintu dan jendela. Si pintu bernama Tutu dan Si jendela bernama Lala. Mereka sibuk sekali dengan urusan mereka masing-masing, pintu yang bertugas sebagai penerima tamu jika masuk kerumah, maupun jendela yang bertugas menerima masuk dan keluarnya udara di dalam rumah, mereka pun sama sekali tak keberatan menerima hak mereka masing-masing untuk menjalankan tugas mereka masing-masing.
Tetapi pada suatu hari si jendela berbicara kepada pintu, “Tutu, kenapa aku selalu menerima udara sedangkan kau menerima tamu yang ingin masuk kedalam rumah, tak taukah kau seberapa mulianya dirimu?”, pintu pun berkata ”memang itu sudah tugasmu lala, tugasmu menerima udara sedangkan tugasku menerima tamu, benar kan?”, ”tetapi aku merasa tidak adil kepada majikan kita, kenapa aku diberi tugas menerima udara sedangkan kau tidak?” jawab lala, ”memang sudah tugas kau menerima udara, tidak mungkin kan para tamu masuk melalui jendela? Sangat tidak sopan. Itu seharusnya menjadi tanggung jawabku lala” kata pintu dengan tegas, ”tetapi lihat saja suatu hari nanti aku akan bisa menerima tamu sama denganmu, sehingga aku tidak dianggap rendah lagi oleh majikanku,  karna aku hanya bisa menerima udara!” jawab jendela dengan sombong.
            Lalu suatu seketika sang majikan ingin pergi keluar rumah, dan si jendela pun berkata, ”haha, lihatlah Tutu, kau tidak akan mempercayai ini bahwa aku akan menerima tamu malam ini, karna kau sudah dikunci oleh sang majikan, jadi aku memanfaatkan kesempatan untuk menandingimu dan menerima tamu-tamuku nanti!” kata si jendela.
            Matahari terbenam, siang pun berganti malam, waktunya untuk sang jendela membuktikan kehebatannya di depan si pintu. Tiba-tiba ada seorang tamu yang menghampiri rumah itu, lalu si jendela pun berkata ”hai tamu pertamaku, ayolah masuk kerumah ini melalui aku Lala si jendela yang hebat, janganlah kau melewati si pintu, karna dia sudah terkunci oleh majikanku!” kata jendela dengan sombongnya. Si tamu pun langsung masuk kerumah itu melalui jendela dan pintu pun langsung berkata. ”hey lala! Kau tidak boleh menerima seorang tamu sembarangan apalagi melalui jendela, itu sangat tidak sopan!”, ”aahhh, bilang saja kau iri denganku, karena sekarang aku sudah bisa menerima tamu, sedangkan kau tidak, aku yakin pasti majikanku gembira dan bangga melihatku bisa menerima tamu sekaligus menerima udara!” jawan jendela dengan sombong.
            Pada larut malam, sang majikan pun pulang kerumah, mereka sangat terkejut karena melihat rumah berantakan, dan barang-barang berharga mereka hilang, sang majikan pun hanya bisa pasrah dan menangis, mereka tak habis pikir bagaimana maling itu bisa masuk tanpa melewati pintu, dan si pintu berkata kepada si jendela ”hei lala, ini semua gara-gara kau! Kau yang mengacaukan ini semua dengan menyuruh tamu masuk sembarangan melewati kau jendela!”, ”loh? Bagaimana bisa majikan-majikanku ini sedih, sedangkan jika kau yang menerima tamu mereka tidak sedih? Ahhh sungguh tidak adil!” jawab jendela dengan kesal, ”karena itu memang sudah tugasku, dan kau pun mempunyai tugas sendiri. Jangan kau rakus dan iri kepadaku terhadap tugas-tugas yang sudah ditentukan ini!” jawab si pintu.
            Pada akhirnya, si jendela menyesal dengan perbuatan yang ia lakukan itu, ia menyadari bahwa tidak baik menerima tamu sembarangan apalagi masuk melewati jendela, itu sangat tidak sopan, ”aku sangat menyesal setelah melihat semua ini, ku kira majikan kita akan senang jika melihatku menerima tamu. Tetapi kenyataannya tidak” kata si jendela dengan sedih, ” janganlah kau meminta maaf dengan ku, minta maaflah dengan Tuhan yang maha esa dan majikan kita atas perbuatanmu ini, dan kau harus berjanji tidak akan melakukan ini lagi dan merugikan majikan kita lala!” jawab pintu.
            Sejak saat itu si jendela berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi yang sudah merugikan majikannya itu. Dan akhirnya Lala dan Tutu pun berteman lagi dan berkerja sama melaksanakan tugas mereka masing-masing dirumah itu.

-The End.

0 komentar: