Jumat, 18 Mei 2012

Suddenly.. Part 2. By:azura

7
Keesokan harinya adalah hari sabtu. Dan hari sabtu adalah hari Hallowen. Dimana aku membayangkan sekelompok banyak orang yang mengenakan kostum-kostum menyeramkan atau mengenakan jubah putih dan wajah yang beriaskan wajah-wajah tokoh hantu menyeramkan. Apapun hari itu, yang terpenting bahwa kami bebas dari sekolah dan seluruh pekerjaan sekolah yang harus dikerjakan setiap hari. Namun hari ini aku bingung ingin melakukan apa, jujur saja aku sangat tidak menyukai hari Hallowen. Bagiku di hari itu orang hanya mengenakan kostum-kostum yang aneh serta berkeliling membagikan kue dan permen ke semua orang.

Tiba-tiba bunyi telefon berdering, ternyata Meriam mengajakku pergi kerumahnya untuk melihat Hana dan mengajakku berkeliling taman dan museum prasejarah dekat kota. Museum yang berdiri sejak tahun 1950an ini mempunyai arsitektur bangunan yang khas. Desain bangunan belanda dan ditambah lagi dengan umurnya yang sangat tua serta isi yang ada didalam museum menambah aura yang sangat berbeda. Seperti kembali ke masa prasejarah.

Disana kami melihat berbagai koleksi-koleksi prasejarah, sampai berbagai penemuan di jaman prasejarah. Jujur aku sangat suka mempelajari hal ini, bagiku snagat unik dan lebih terlihat keren dari pada hari Hallowen yang justru bagiku tidak berguna.

Udara diluar sangat panas, dengan mengeluarkan sesuatu dari tas ransel yang ia bawa, lalu ia mengeluarkan sebuah topi rajutan yang lusuh, di kepalanya tersampir topi rajutan berhiaskan bunga-bunga disekelilingnya menambahkan keasan tersendiri terhadap penampilan Meriam. Penampilan yang tak pernah kutemukan dari dirinya semenjak aku mengenalnya. Ia seperti artis kecil yang bermain fil ELOISE AT THE MALL yang kemarin ku lihat di tv.

8
Aku bisa melihat ekspresi wajah Meriam. Raut wajah yang menunjukkan rasa bahagianya karena bisa menghabiskan waktu dnganku hari ini. Melewati jalan di sekitar taman, mataku tertuju kepada sekelompok burung kecil yang hinggap dia tempat air mancur. Sungguh indah pemandangan di taman, membuat pikiranku merasa nyaman, melepaskan seluruh beban yang ada dipikiranku, dan memberiku waktu tambahan untuk melupakan ulah Nia serta para pengikutnya.

Tiba-tiba aku ingat bekal yang dibawakan ibuku, ia membekalkanku dan Meriam sepotong Sandwich. Sambil menikmati sepotong sandwich bersama, kami saling bertukar pengalaman dan kisah. Namun ada yang membuatku terkejut bahwa ternyata Meriam adalah seorang Pianis. Ia banyak memenangkan berbagai kompetisi, namun kemampuan mmbaca takdir menghancurkan impiannya. Ia merasa tersiksa dengan kemampuannya itu, dengan itu semua ia menjadi anak yan pendiam, dan tidak berminat memain piano lagi.


Mendengar cerita Meriam aku merasa sedih dan sangat prihatin, namun apa yang harus aku perbuat dengannya, aku masih gelisah memikirkannya dan apa yang sebaiknya aku lakukan. Berbagai pertanyaan ada di otakku, mengapa semua itu bisa terjadi, bukankah Meriam tidak menginginkan itu semua.

9
Suasana sepi di lorong-lorong sekolah memberikan kesan kuat dengan bangunan tua ini. Ya, bisa dibilang sekolah ini sudah lama berdiri. Aku bertujuan untuk pergi ke perpustakaan dan menenagkan diri dari ejekan Nia dan para pengikutnya.

Sesampainya diperpustakaan, aku melihat sekeliling perpustakaan yang sangat sepi. Hanya ada cahaya lampu redup yang menerangi seluruh bagian ruangan, namun apa yag kudapatkan disana dalah bertemu dengan Nia. Aku melihat ai memainkan laptop kesayanganya, laptop berwarna merah muda serta berhiaskan gambar APPLE di belakang laptop menunjukkan bahwa itu adalah benda mahal yang ia miliki.

Tiba-tiba, Meriam masuk ke perpustakaan tanpa meninggalkan suara gema pintu yang tertutup. Aku bingung, bagaimana ia bisa masuk, bukankah ruang perpustakaan jarang dikunjungi dan sangat luas, sampai suara yang ada didalam ruangan ini bisa bergema. Aku berusaha menghilangkan pikiranku, dan menghampiri Meriam.

Peristiwa didalam perpustakaan yang terjadi dengan Meriam sedikit demi sedikit bisa kulupakan. Namun hal yang lebih buruk terjadi, Nia hendak keluar dari perpustakaan, tiba-tiba ia menyampiriku dan Meriam, lalu ia berbicara dengan suara yang kecil ”dasar anak aneh, kau berdua itu aneh, apa kalian tidak menyadarinya?” dengan santai ia berjalan menuju pintu keluar lalu lenyap dari hadapan kami. Bagiku Nia seperti sesosok hantu yang setiap hari menggangguku.

10
Aku mulai merenungkan baik-baik apa yang terjadi dengan meriam di prpuustakaan kemarin. Lalu aku memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Jac.
”Jac, apa pendapatmu tenang kejadian itu?” tanyaku.
”umm, mungkin saja ia menembus pintu” tukasnya seakan-akan ia ingin menakutiku.
”bagaimana mungkin ia menembus pintu?” jawabku dengan rasa penasaran.
”ya, mungkin saja ia adalah arwah penasaran yang bergentayangan, seperti film yang kulihat tadi malam di tv.”
”umm, aku tidak terlalu yakin, apakah aku harus menyelidikinya jac?” tanyaku seraya mengatupkan mulutku.
”seharusnya begitu, judy. Aku akan membantumu”.

Mendengar pernyataan jac, sekarang hatiku mulai terasa tenang, aku hanya perlu memikirkan strategi bagaimana menyelidiki latar belakang Meriam, yang selama ini tak pernah ia ceritakan kepadaku. Bahkan ia tak pernah menceritakan tentang keluarga atau ibunya kepadaku. Ia hanya menceritakan kemampuannya saja.


11
Aku dan Jac bertujuan untuk menyelidiki latar belakangnya, dimana ia tinggal, dan bersama siapa ia tinggal. Tiba-tiba aku ingat buku harian lusuh Meriam yang tertringgal di perpustakaan, itu bisa menjadi petunjuk untuk menemukan identitas siapa Meriam sebenarnya.

Dibuku hariannya tertera bahwa ia tinggal di rumah sederhana beralamatkan jalan St.wirlks. Dan tepatnya aku dan Jac tak tahu dimana alamat itu berada. Akhirnya Jac berusaha mencari alamat itu di internet, ia berusaha men-google-nya, akhirnya ia menemukannya. Di internet tertulis bahwa Jalan St.wirkles sudah berganti nama menjadi Foodtown 10 tahun yang lalu. Jadi, semua yang dikatakan Jac itu benar. bahwa ternyata ia adalah sosok arwah gentayangan disekolah ini.

Aku berusaha menenangkan pikiranku akan fakta Meriam sebenarnya. Jac mengusulkan untuk melihat buku tahunan 10 tahun yang lalu untuk mencari identitas Meriam. Aku pun menyetujui gagasannya itu.

12
Mulai mencari buku tahunan di perpustakaan ini, dengan alat penerangan yang minim aku dan Jac tidak berhenti menyerah untuk mnyelidiki ini.

Aku dan Jac mulai mencari nama Meriam dan melihat identitas aslinya, aku lega setelah mengetahuui tidak ada Meriam ataupun Nia disini.

”dimana kita harus mencarinya Jac?” tanyaku. Aku merebut buku harian Meriam dari tangan Jac dan duduk di pojok ruangan.
”kita harus mencarinya di buku tahunan siswa berkejuruan musik, sepertimu Judy!” jawab Jac. Dengan pintar dan cepatnya Jac mencari buku tahunan. Lalu aku hanya melihat buku harian meriam dengan teliti seraya memicingkan mata, berusaha menemukan sesuatu disana, namun tak ada petunjuk yang kutemukan.

13

Lantas aku langsung membantu Jac mencari buku tahunan kejuruan musik 10 tahun yang lalu, ya, bisa dibilang hanya sampai 10 tahu yang lalu kejuruan musik berlaku disekolah ini. Aku pun baru menyadari bahwa 10 tahun yang lalu disekolah ini terdapat kejuruan musik bagi siswa.

”aku menemukannya!” tukas Jac.
”cepat, tidak ada waktu lagi, kita harus mencari identitas Meriam” sambil merebut buku tahunan dari tangan Jac.
”ta...tapi, kita harus mengetahui nama lengkapnya terlebih dahulu. Kalau tidak, kita terpaksa harus mencarinya disetiap halaman buku ini, sementara buku tahunan ini sangat tebal, Judy. Dan bisa mnghabiskan waktu.”, katanya.
”benar sekali Jac, aku harus melihat nama lengkapnya di buku harian Meriam.” tukasku seraya menaruh buku tahunan ke atas meja dan mengambil buku harian Meriam.
Dibuku harian tertulis bahwa nama lengkapnya adalah Meriam Wirkles. Namanya sama persis dengan alamat rumahnya. Sangat menunjukkan bahwa ia tinggal disana sejak lahir.

Continue...

0 komentar: