Jumat, 18 Mei 2012

Call me again.. Part 2 By:Azura

VII

“Kriiingg…Kriiiing”

            Suara itu masih terdengar jelas di telingaku, aku sampai tak tahan mendengarnya, rasanya aku ingin segera keluar dan pergi dari rumah ini agar tidak mendengar suara itu lagi, kepalaku pusing dan aku mulai mual saat mendengarnya, sampai-sampai aku tidak bisa menyentuh telefon itu.

            Tiba-tiba lampu dirumah itu padam, aku dan Lola semakin merasa takut, kini bulu kudukku mulai terasa berdiri, rasa takutku mulai meningkat, bersyukur setelah aku ingat bahwa aku membawa senter yang ku taruh di dalam tasku.

            “sedikit penerangan lebih baik, Annie”, Lola berbisik kepadaku.

            Ya, lebih baik, benar yang dikatakan Lola, setidaknya dapat mengatasi rasa takutku, walau tidak semua, namun sedikit. Kini lumayan terasa lega perasaanku, aku bisa melihat mata Lola yang mulai meluarkan air mata, sepertinya ia sangat ketakutan sampai-sampai ia nangis. Tanpa berfikir panjang, aku menawarkan Lola untuk duduk. Rasa takut ini tiba-tiba membuat kami terasa lapar, terdengar jelas oleh kami suara perut kami yang menggerutu. Beruntung kami membawa perbekalan lengkap, kami memang belum makan malam, jadi kami sengaja membawa sedikit cokelat untuk menenangkan pikiran dan perasaan kami, kudengar cokelat bisa menenangkan pikiran, kau pun tahu itu kan.

            Sudah merasa lebih tenang, kami mencoba untuk melanjutkan misi kami, namun tiba-tiba Lola menolak, ia sudah tidak tahan dengan ketegangan yang ada di rumah ini. Tidak ingin merasa sia-sia, aku pun nekat mendekati, menyentuh, dan menjawab telefon yang berdering itu. jujur, selama ini aku merasa penasaran, siapa yang menghubungi telefon itu tiap malam? Untuk apa? Dan kenapa?, semua pertanyaan itu ada dikepalaku. Namun apa yang terjadi malah berlawanan.


VIII

    Saat mencoba untuk mengangkat telefon itu, aku merasa sesuatu akan terjadi, namun aku berusaha untuk menepisnya dengan menarik nafas lalu menghembuskannya kembali, lalu saat telefon itu kudekatkan ketelingaku, dan mengatakan Halo? Dan Siapa Ini?, tiba-tiba terdengar suara, tidak terlalu jelas suaranya, seperti suara seseorang yang sedang merintih kesakitan dan tersiksa, dan berusaha berbicara melalui telefon, namun seseorang itu berbicara....

            ”Hubungi aku lagi, ada banyak yang ingin kuceritakan kepadamu, disini, merasa kesakitan dan terperangkap...ketakutan,”

            lantas aku langsung menutup telefon itu, aku berfikir sepertinya seseorang yang menelefon itu adalah salah satu arwah yang terperangkap dirumah ini dan tidak bisa keluar.

            Aku merasa ketakutan dan mulai menangis. Tubuhku mulai melemah, Aku langsung terdiam bungkam tanpa berbicara apapun seraya memapah tubuh Lola yang lemas untuk keluar dari rumah ini, namun kini didepan kami, terlihat jelas sesuatu yang tidak ingin kami lihat, sesosok hantu perempuan berpakaian seperti orang Veteran berdiri dihadapan kami, sosok itu terlihat cantik walaupun sudah menjadi arwah.


IX

    Kami mulai menyerah dari semua ini, namun sosok itu selalu menghalangi kami untuk tetap pergi.

            ”tolong kami disini, kami terjebak disini bertahun-tahun lamanya, namun tak ada seorang pun yang datang kerumah ini untuk meyelamatkan kami, mereka semua merasa ketakutan dan pergi, kami berusaha memberi tahu mereka dengan suara telefon itu, namun tak ada yang datang, sampai pada akhirnya kini kami merasa puas akan kedatangan kalian,”

            Sosok itu berbicara pada kami dengan suara merintih kesakitan, aku tahu jelas bagaimana perasaan para arwah disini, walau ia tidak sama sepertiku, tentu mereka mempunyai perasaan juga kan.

            ”aku mengerti apa maksudmu, namun apa tidak terlalu sulit untuk meyakinkan semua orang akan keberadaan arwah kalian disini? Bagaimana caranya?” aku berkata.
            ”ini.. ku berikan kalungku, didalam kalung itu terdapat fotoku dan ibuku, kau bisa melihatnya bukan?”.
            ”ya, aku bisa melihatnya. Namun untuk apa kalung ini?”
            ”itu hanya untuk bukti, berikan itu kepada orang-orang, agar mereka bisa menyelidikinya, dan mengetahui kejadian yang kami alami dulu, kejadian itu hanya diketahui sekelompok arwah saja, seperti arwah seorang nenek yang kemarin kalian temui”.
            ”umm.. ok. Kami bersedia membantumu, iya kan Lola? J”.
            ”tentu saja Annie! J”.
            ”terima kasih kalian sudah mau membantu kami,.”

            Hari yang menegangkan sudah terasa cukup untuk ku alami, ditanganku masih menggenggam kalung milik arwah itu, besok aku akan memberikan ini kepada polisi, dan meminta mereka untuk membantu kami menggeledah isi rumah itu, dan menemukan tulang belulang para arwah yang tersisa untuk dikubur ditempat yang layak, agar para arwah tenang dan tidak merusak hidupku dan menggangguku dibawah bayang-bayang suara dering itu.

X

            Mulai bersiap-siap untuk memulai misi kami yang kedua, kami memilih untuk memberi tahu orang tuaku terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan yang lebih jauh.

            ”Bagaimana menurut ibu tentang hal ini?”, aku pun bertanya mengenai hal ini kepada ibuku.
            ”Kau tahu Annie, umurmu masih muda dan terlalu muda untuk mengetahui masalah ini, tidak terlalu penting untukmu untuk mengurusi masalah ini”.

            Baiklah, ini yang tak kusukai, kalau ada seseorang yang mencoba menghalangi rencanaku.

            ”tetapi ibu, aku dan Lola bisa mengatasi ini semua. Percayalah kepadaku! Aku mohon..”. aku terus memohon.
            “sudahlah Annie, berjanjilah kepada ibu, kalau kau tidak akan berbicara kepada siapapun mengenai hal ini?”, tukas ibu seraya mennunjukkan kelingkingnya kepadaku sebagai tanda perjanjian.
            “umm..baiklah. Aku mulai menyerah sekarang..”.

            Aku dan Lola duduk terdiam memikirkan masalah ini, aku tidak suka berdiam diri selama masalah ini masih berputar di pikiranku. Baiklah, mungkin aku dan Lola sudah berjanji untuk tidak mengatakan hal ini kepada siapa pun, tetapi aku tidak berjanji untuk tidak berbuat apapun kan? J.

            Aku memulai misi ini tanpa sepengetahuan ibuku, jika ia tahu, kau pasti tahu apa yang akan terjadi, ya? Dia akan mencoba merusak rencanaku. Huft. Dimulai dari kantor polisi terdekat.

            ”Halo pak! Bagaimana kabar anda? Kau sudah tahu kan untuk apa kami kesini!”. tukasku.
            ”ya, Annie..ada yang bisa aku bantu?” jawab pak polisi.
            ”apa kau tahu tentang benda ini? Dan hal yang bisa di selidiki dari barang ini?!”, seraya menunjukkan kalungnya.
            ”umm..mungkin saja kami bisa mengatasinya. Kami akan mencoba menyelidikinya, Annie. Bisa kau tunggu sebentar?”.
            ”baiklah pak..”.

            Waktu terus berjalan, kami menunggu di kantor polisi untuk mengetahui bagaimana perkembangan misi kami ini. Tiba-tiba keluarlah pak polisi yang memegang selembar keras berisi keterangan.

            ”menurut hasil laporan yang sudah diteliti, benda ini sudah berumur lama. Sepertinya ini milik seorang saudagar kaya dari belanda. Dilihat dari bentuk, dan gayanya. Kalau dilihat dari fotonya, pemiliknya pernah mengalami suatu masalah yang belum pernah terpecahkan. Karna disekitar kalung terdapat bercak darah. Dari mana kau menemukan ini, Annie?”
            ”dirumah dekat rumahku pak, tepatnya disamping rumahku.”
            ”bisakah kau mengantarku kesana?”.
            ”sekarang? Baiklah. J”.

            Kami telah sampai dirumah ini, sungguh aku dan Lola tidak percaya kalau kami telah menginjak rumah ini untuk yang kedua kalinya setelah apa yang terjadi semalam.

            ”disini tempatnya?”
            ”iya pak, tepatnya disini.” tukas Lola.
            ”Umm...bangunanya sudah terlihat tua dan ketinggalan mode”,
            ”benar sekali, namun ada sesuatu yang berbicara kepada kami disini pak.”
            ”siapa itu?”.
            ”Arwah pemilik kalung itu, ia yang memberikan kalung itu”.
            ”Oh, benarkah?” tanya pak polisi dengan wajah yang sedikit ragu.
            ”ya, kami tidak mencoba untuk berbohong pak. Disini banyak sekali para arwah yang bergentayangan dan meminta untuk ditemukan mayat mereka dan dikuburkan secara layak”. tukasku meyakinkan pak polisi.
            ”mungkin aku bisa membantu mereka, Annie. Aku akan mencoba mempercayai kalian”.
            ”terima kasih banyak atas bantuanmu, pak J”.


XI

    Melanjutkan misi kami, kami mulai mencari sedikit demi sedikit tulang belulang para arwah, walaupun tidak utuh, namun yang terpenting kami bisa menemukannya dan menguburkannya secara layak. Agar aku tidak mendengar bunyi dering itu selamanya.

            Aku mencoba memanggil para arwah dan berkomunikasi kepada mereka dimana tulang belulang mereka bisa kami temukan. Tiba- tiba muncul sesosok arwah perempuan yang kami lihat kemarin malam.

            ”kami lega dapat melihat kalian kembali disini, kalian ingin mencari kami bukan?” tukas para arwah.
            ”iya, dimana kami bisa menemukan sebagian tulang kalian?”.
            ”kalian bisa mencarinya di bagian-bagian sudut rumah ini, pasti kalian akan menemukannya. Dan jangan lupa untuk menguburkannya secara layak. Kami ingin segera tidur dengan tenang, setelah menunggu bertahun-tahun lamanya”.
            ”baik, kami bisa mengaturnya. Kami akan mulai mencarinya sekarang.”.

            One by one, kami menemukan sisa tulang belulang para arwah. Aku mengerti sekarang kenapa telefon itu terus berdering. Para arwah terus mengganggu hidupku dengan bunyi telefon mengerikan itu. Tetapi sebentar lagi para arwah tidak perlu melakukannya lagi.
            Aku merasa lega setelah menguburkan tulang-tulang para arwah bersama Lola dan Pak polisi. Walau sedikit menyeramkan, namun malam ini aku tidak perlu takut lagi dan para arwah tidak akan merusak hidupku lagi. Dengan bunyi.... ”Kriiing...Kriing!!”.

Oh Tidak!...


The End..

Call me again.. By: Azura

I

“Kriiingg…Kriiiing”

            Suara itu, sangat terdengar jelas di telingaku, suara telefon berdering seakan-akan memenuhi ruangan ini, terkesan membuatku merasakan aura yang sangat berbeda disini, aura yang tak pernah kurasakan dan hanya kurasakan pada saat malam tiba. setiap malam aku selalu mendengar suara bising ini, suara yang membuat seluruh bulu kudukku merinding, namun tiba-tiba suara bergetar itu membuyarkan fikiranku, anehnya orang tuaku tidak pernah mendengar hal ini sebelumnya. aku terkejut setelah melihat pacarku men-dial-ku, sehingga meninggalkan bunyi bergetar di handphoneku, lalu aku reject telefon itu, dan aku pun berniat untuk SMS pacarku itu agar tidak menelfonku disaat malam hari. Dengan perasaan takut aku mencoba untuk memejamkan mata sejenak dan berharap agar aku bisa tidur dengan nyenyak.

             Pagi harinya adalah hari paling bersejarah di sekolahku, yaitu adalah hari dimana sekolahku merayakan hari jadinya. Dan sekolah berniat mengadakan acara pensi yang diadakan di lingkungan sekolah dan diikuti oleh seluruh murid. Difikiranku terbayang dimana semua orang mengenakan pakaian adat tradisional dan menari-nari didepan umum layaknya penari profesional. Akupun tidak ingin ketinggalan, aku mengetahui bakatku yang tependam, aku tentu mempunyai bakat, ya setiap orang pasti mempunyai bakatnya masing-masing. Aku dan temanku Lola ingin mengikut lomba puisi. Dengan percaya diri aku mengikuti lomba itu dengan lancar. Aku hanya tinggal menunggu pengumuman tentang hasil lomba itu.

            Malam ini, aku berniat untuk tidur sejenak sambil melepas lelah. Tiba-tiba aku mendengar suara dering telefon. Teringat olehku tentang suara bunyi telefon yang setiap malam kudengar. namun aku mencoba untuk berpositif thinking tentang itu. Dengan berbekal sedikit nyali aku coba mendekati telefon rumahku.

            Lega rasanya setelah mengetahui bahwa bunyi itu berasal dari telefon rumahku sendiri, dan kabar bagusnya lagi setelah mengetahui bahwa telefon itu dari Wali kelasku sendiri yang mengumumkan bahwa pemenang lomba puisi itu adalah aku. Senang rasanya mendengar kabar gembira. Menghilangkan rasa ketakutan yang setiap malam mendera diriku.

            Keesokan harinya, Aku dan Lola berencana ingin merayakan kemenanganku atas lomba pensi disekolah. Aku ingin merayakannya dengan pergi ke suatu tempat yang memiliki kesan khusus yang tak bisa kudapatkan di tempat lain. Iya!, aku sedang membicarakan sebuah arena permainan yang lengkap, disana aku bisa menemukan Halilintar, Rumah hantu, Kincir angin, arena Mangkuk terbang yang bisa membuaku merasa pusing, ataupun acara Koboi yang selalu menyita perhatianku, dan masih banyak lagi.

            Hari yang sungguh melelahkan, sehabis melihat tournament basket yang berlangsung sangat meriah, tak sadar kami pulang begitu larut malam,
           
”Annie, tidakkah kita pulang begitu larut malam, aku takut dimarahi oleh ibuku, bagaimana ini?”
”Kau tidak perlu khawatir Lola, kau hanya cukup bermalam dirumahku saja, tentu ibumu sudah tahu diriku kan? Dan pasti ia tahu kau baik-baik saja selama dirumahku. Tenang saja,”.

Dengan santainya, aku mengajak Lola untuk menginap dirumahku, tanpa memikirkan hal lain yang tentu membuat ia tak nyaman berada dirumahku, yaitu SUARA DERING TELEFON!!. Ah! Aku bahkan tidak sempat memikirkan hal itu tadi pada saat aku mengajaknya bermalam dirumahku. Huft, untung saat itu keadaan rumahku cukup baik, aku berharap tak ada hal buruk yang terjadi malam ini.


II

          Aku bisa melihat ekspresi wajah Lola pada saat masuk kekamarku,
           
            ”Annie, mengapa disini terasa dingin?, bulu kudukku terasa merinding..”

            Hah? Apa yang dia katakan benar-benar membuatku takut. Yang benar saja? Ia  bahkan belum menghabiskan malam disini, namun ia sudah merasakan hal aneh disini. Aku tahu tidak ada jalan keluar untuk mengatasi hal ini, satu-satunya yang bisa ku lakukan hanya membuat dia merasa tenang agar tidak merasa takut akan hal ini.

            Aku sungguh takut hal yang selama ini aku khawatirkan terjadi, aku takut ia mendengar suara itu, dan berfikir seakan-akan aku dan keluargaku adalah Medium yang sering berkomunikasi pada hal-hal gaib di telefon. Padahal tidak, dan itu sungguh hal yang konyol, dan membuat ia jauh dariku. Aku bingung bagaimana dan dari mana harus ku atasi.

            Keadaan begitu sunyi, begitu pun juga yang terjadi di dalam kamarku, aku dan Lola hanya bisa diam seraya melakukan aktifitas masing-masing. aku membaca komik, sedangkan Lola sibuk meng-update status lewat BBMnya. Itulah kegiatan kami, kalau ia sudah main BBM, ia tentu lupa pada segalanya, bahkan semua yang terjadi di sekitarnya. Namun aku melihat diriya tidak nyaman, kali ini dia tidak begitu konsen pada Handphonenya itu, ia lebih sering mengusap belakang lehernya, atau berusaha memeluk dirinya sendiri, seakan-akan ia merasa kedinginan. Aku tahu ia pasti merasa merinding dan tak nyaman berada disini.

            Lebih buruknya lagi ternyata ia merasakan hal yang lebih janggal dari hal yang sebelumnya ia rasakan disini. SUARA!! Ya ampun, aku langsung berfikir pasti suara itu adalah suara yang aku dengar selama ini. Namun anehnya entah mengapa aku tidak mendengarnya, hanya Lola yang mendengarnya.

            ”Annie, apa kau mendengar sesuatu. Seperti suara dering?”
            ”Hah?! Umm.. tidak, aku tidak mendengarnya. Aku bahkan tidak mendengar suara aneh apapun. Bagaimana kalau kita tidur saja? Aku sudah merasa lelah dengan aktifitasku hari ini, tentu kau juga merasa lelahkan? Karna kau merasa lelah, jadi kau merasakan hal-hal aneh malam ini.”
            ”Aku berfikir sama sepertimu, ya sudahlah mungkin benar apa yang kau katakan, aku butuh istirahat, menghilangkan rasa lelah atas apa yang terjadi hari ini. Tentu tidak salah kan?.”
            ”iya, tentu saja, Lola.”


III

            Aku dan Lola terbangun jauh setelah alarmku menyala, kami lega setelah mengetahui bahwa hari ini adalah hari libur, jadi kita tidak perlu khawatir akan telatnya pergi ke sekolah. Tentu saja pasti ia menanyakan kenapa aku bisa terbangun telat, dan apa yang ia rasakan semalam. Apakah ada hubungannya?, tidak masalah jika aku menjawab alasanku bahwa semalam aku berlatih menyanyikan sebuah lagu dari Amy Winehouse yang sering kudengarkan sampai larut malam. Sehingga aku terbangun telat, dan tidak sempat membangunkannya.

            Bisa kulihat ekspresi wajahnya yang lelah setelah apa yang terjadi kemarin, namun ia buru-buru menepisnya. Hari ini aku ingin mengajaknya menonton Film musikal, ya bisa dibilang aku penggemar film-film musikal, apalagi film musikal yang sudah terdahulu, aku sangat menyukainya. Film musikal yang berjudul ”Annie The Musical”, film musikal yang cukup terkenal di sekitar tahun 1982 ini menjadi pilihanku.

            ”I Think, Im Gonna Like It Here!!”

            Begitulah caranya aku menyanyikan sebuah lagu yang ada di film tersebut. Dan anehnya Lola juga menyukainya, aku tentu sangat senang mempunyai teman yang punya banyak kesamaan.

            Waktu demi waktu telah berlalu, sore ini Aku dan Lola pergi ke sebuah Mall yang cukup terkenal dikota ini, dengan pergi kesana kami bisa melihat dan membeli apa yang kami suka. Seperti menonton film horror, membeli snack, membeli tas ataupun aksesoris lainnya.

            Finally, kami memilih untuk menonton film horror, film horror yang sedang terkenal dikalangan masyarakat kota saat ini. Tiba saatnya kami mulai memasuki ruangan bioskop. Tampak gelap dan dingin, itulah rasanya setelah kami memasuki ruangan ini. Dengan aura yang ada disini, membuat kami semakin tertarik untuk menonton film, sungguh kami tidak sabar untuk menunggu filmnya dimulai, seraya duduk dikursi yang empuk, dan memakan beberapa snack dan minuman, seperti popcorn, juice atau koktail membuat kami merasa semakin nyaman berada di tempat ini. Memang sedikit menyeramkan, apalagi setelah mengetahui, bahwa ruangan sebesar, segelap, dan seluas ini akan kosong setelah tengah malam, tidak ada lagi yang mengunjungi ruangan ini. Tentu saja penghuni yang ada didalam ruangan ini merasa sangat terganggu akan kehadiran kami para pendatang ruang bioskop sekarang.

            Film yang lumayan menyeramkan bagiku dan Lola ini membuat bulu kuduk kami perlahan demi perlahan merinding. Cerita horror dari film itu telah menyita perhatian kami. Sampai-sampai kami terus mengingat cerita yang ada di film itu.


IV

            Hari sudah menjelang malam, matahari sudah mulai terbenam, saatnya aku dan Lola pulang. Namun entah mengapa hari ini kami merasa risih, kami merasakan aura negative, seakan-akan ada yang terjadi pada kami. Lola berfikir untuk kembali bermalam dirumahku, kami menyelusuri jalan setapak demi setapak untuk sampai ke rumah, seraya ia menelefon orang tuanya kembali agar di izinkan bermalam dirumahku.

            Saat perjalanan pulang kerumah, kami lega rasanya hampir sampai ke rumah, namun hal yang membuatku ngeri adalah kami harus melewati rumah yang seram itu, rumah yang sudah tua, dengan ornamen atau bangunannya yang memiliki kesan tersendiri ini benar-benar membuatku repot dan kacau. Ditambah lagi aku harus berbohong jika Lola kembali mendengar suara dering itu ketika kami melewati rumah, iihh..aku benar-benar tidak bisa membayangkannya.

            Saat melewati rumah itu, tiba-tiba seluruh bulu kudukku merinding, tubuhku bergetar kecil, Aku dan Lola merasakan aura yang sangat berbeda disini, seakan-akan ada yang menyentuh punggung belakangku. Namun tiba-tiba.....

            Waaaa!! Serentak Aku dan Lola Loncat dan Teriak. Seorang nenek separuh baya berdiri dibelakangku dan berusaha menyentuh punggung belakang kami. Ia mungkin mencoba memanggil kami, namun suara kecil nan lembutnya itu tidak terdengar oleh kami.

            ”ada apa nek? Nenek ini membuat kami kaget saja.”, tukasku.
            ”tidak, nenek Cuma ingin mengingatkan saja. Hati-hati bagi kalian anak gadis, jika malam-malam kalian melewati rumah tua ini, bisa saja kalian mengalami hal aneh,”.
            ”umm.. hal aneh? Seperti apa itu? apakah ada sesosok penampakan yang sering muncul dirumah tua ini? Seperti film horror yang tadi kami saksikan,,”, tanya Lola.
            ”tidak..tidak. Kalian mungkin hanya merasakan hal yang membuat kalian merinding, seperti mendengar suara-suara aneh..” jawab nenek itu dengan suaranya seakan-akan sedang menakuti kami.
            ”hah? Suara aneh? Seperti suara yang kemarin malam aku dengar itu, Annie”. Tukas Lola.
           
            Sedang sibuk-sibuknya membicarakan suara dering telefon itu seraya menoleh kebelakang kami, namun apa yang terjadi, tiba-tiba nenek paruh baya itu sudah tidak ada, serentak kami terkejut dan buru-buru lari dari depan rumah itu.

            Sesampainya dirumah, aku berfikir mungkin saja nenek tadi itu adalah seorang arwah yang bermaksud ingin memberi tahu kami sedikit tentang latar belakang rumah itu yang mungkin sudah ku ketahui sebelumnya. Ia mengulas kembali apa yang sudah ku tahu.


V

    Hari sudah larut malam. Lola merencanakan sesuatu, sesuatu yang tidak mungkin terjadi, tidak mungkin ku lakukan, dan tidak mau kulakukan. Sesuatu yang pada dasarnya terdengar sedikit nekat.

            ”Annie, bagaimana kalau kita masuk kerumah itu, dan mencoba menyelidikinya?”.

Tiba-tiba Lola merencanakan hal gila yang hanya kulihat dari film horror yang tadi kami saksikan. Aku mulai berfikir, jangan-jangan ia terpengaruh oleh film itu. sekarang aku baru menyadarinya, sungguh berbahaya mengajaknya menonton film itu.

”umm.. apa menurutmu rencanamu ini tidak berlebihan?.” jawabku.
”tidak Annie, kita hanya perlu membawa peralatan dan perbekalan, serta nyali yang kuat untuk memasuki rumah itu.”
”tapi aku tidak cukup berani menghadapinya..”
”tenang, aku temanmu Lola selalu ada didekatmu, Annie!.” tukasnya seraya melahap semua snack yang ada didepannya.
            ”Ok! Aku setuju dengan rencanamu kali ini, tapi kalau terjadi sesuatu, itu semua diluar tanggung jawabku ya!”.
            ”sip deh! Hehehe”.

            Sebenarnya aku jengkel dengan semua ini, namun aku berusaha memahami rencananya kali ini, dan kali ini kami tidak boleh gagal, dengan gaya ala detektif professional kami mencoba mendekati rumah itu, dengan perbekalan dan nyali seadanya kami memulai misi kami.

            ”kau saja Lola,.”
            ”kau saja yang membuka pintunya, Annie. Lagi pula kau sudah cukup lama tinggal disini, kau juga cukup mengenal penghuni dirumah tua ini!”
           
            Dengan perasaan yang lumayan takut, aku mencoba membuka pintu rumah tua itu. Didalamnya tampak ornamen-ornamen mewah yang sudah tak terawat, lantai dan dinding tembok yang kotor dan penuh bercak darah dimana-mana, menambahkan kesan yang seram dirumah ini. Cukup tahu aja, bahwa pasti rumah ini sudah tak terawat dan tak ada yang mau merawatnya lagi. Ditambah dengan bekas-bekas bercak darah, yang ku tahu rumah itu dulu punya seorang saudagar asing yang kaya yang mengalami pembantaian dirumahnya ini. Semua keluarganya dibunuh,tidak terkeculi pembantu, supir, dan pemilik rumah ini juga dibunuh. Memang sedikit seram menceritakannya kembali, namun aku berusaha tidak memikirkannya saat mulai masuk kedalam rumah ini.


VI

    Keadaan disini sangat berlawanan dari arti lagu yang sering ku dengar di film Annie the musikal. Disini begitu dingin, tiba-tiba aku sangat peka terhadap apa saja yang terjadi didekatku, sampai aku menyadari bahwa Lola kini menggenggam tanganku. Aku bisa merasakan ketakutannya lewat tangannya yang dingin.

            ”Annie, apa kau tidak merasa ketakutan? Cukup seram disini,”, tukas Lola.
            ”sedikit, ini rencanamu, kenapa kau ketakutan?..” jawabku.
            ”tidak, aku merasa sedikit risih saja..”.

            Aku tahu sejujurnya ia sngat ketakutan, tapi ia buru-buru menepisnya. Aku dan Lola mencoba untuk berjalan kecil menelusuri rumah ini, jujur rumah ini bisa dibilang sangat besar. Bahkan rumah ini juga tak hanya mempunyai satu tingkat saja, dan halamannya yang luas juga menambah kemewahan rumah ini.

            Tiba-tiba Lola melihat sesuatu, mungkin bayangan atau lebih buruk dari itu, matanya yang biru dan besar selalu terbuka dan siap siaga, seakan-akan ia sangat peka terhadap yang ia lihat tadi. Raut wajahnya yang ketakutan membuatku merasa kasihan kepadanya. Aku pun mengajaknya duduk di sebuah kursi yang ada di rumah itu. seraya menenangkan pikiran dan perasaanya dan ku tawarkan ia sebotol air minum.

            ”kau tenang saja, tidak ada apa-apa disini. Lagi pula kita kesini bermaksud baik kan, kita hanya ingin mengenal lebih dekat penghuni yang ada disini. Lagi pula, bagaimanapun mereka juga tetanggaku..”.

            aku terus mencoba menenangkan Lola. Namun tiba-tiba aku dan Lola mendengar sesuatu. BUNYI DERING!! Lagi-lagi aku mendengarnya. Aku dan Lola langsung mencari dari mana suara itu berasal.

            Mataku tertuju pada sebuah meja di begian pojok ruangan, disana terdapat sebuah telefon yang berdering, tentu saja aku dan Lola yakin bahwa suara itu berasal dari sana. Semakin mendekat, semakin ku merasakan detak jantungku yang keras, Lola menggenggam tanganku dengan erat. Tiba-tiba.... KRIING...KRIIIINGGG!!!

Junior Masterchef Australia 1

Ini nih yang gue suka banget! dimulai dari masakannya, tempatnya, dan tentu orangnya juga. di acara itu banyak peserta yang berkompetisi untuk memperebutkan gelar Junior Masterchef Australia pertama disana. Dan yang lebih menakjubkan adalah ternyata pesertanya bukan orang dewasa, melainkan anak kecil!! Woaaah.. coba bayangin deh gimana jagonya anak-anak itu masak.

Di acara itu gue paling suka ini nih!,


Namanya Pierre Khoury. dia tuh ganteng, lucu, jago masak lagi. umurnya sih sepantaran gue gitu, bisalah jadi pacar, wkwkwk :p *modus dikit*. tapi sayangnya dia gak menang :( tapi gapapalah, yang penting dia pacar gue :p *eh abaikan*

PEMBANTAIAN KELUARGA TSAR RUSSIA : NICHOLAS II ROMANOV (1918).

Ketika keluarga Romanov merayakan ulang tahun kekuasaannya, di tahun 1913, upacara ditandai dengan beberapa pertanda aneh. Grigori Rasputin menyatakan kekuasaan Romanovs tak akan bertahan satu tahun setelah kematiannya. Rasputin dibunuh oleh salah satu bangsawan Romanov beberapa bulan sebelum Revolusi Bolshevik Februari 1917, yang memakzulkan Nicholas II.

Penguasa Bolshevik membantai seluruh keluarga Romanov di gudang penyimpanan anggur di Gedung Ipatiev, Yekaterinburg, Rusia, pada tanggal 17 Juli. Ironisnya Gedung Ipatiev memiliki nama sama dengan biara Ipatiev di Kostroma, dimana Mikhail Romanov ditawarkan tahta Rusia di tahun 1613. Tempat dimana gedung Ipatiev berdiri dinamai ulang sebagai " Gereja di atas Darah ". Pada tahun 1918, Tsar terakhir Rusia adalah tahanan dari Ural Regional Soviet di kota Siberi, Yekaterinburg. Dia dibunuh bersamaan dengan istrinya (Alexandra), empat orang putrinya (Olga, Tatiana, Marie dan Anastasia), putranya yang mengidap hemophilia (Alexis Czarevich), dokter keluarga (Eugene Botkin), penasihatnya (Tsarevich Aleksei), koki dan pembantu rumah tangganya.

Pada malam tanggal 17 Juli 1918, tepat sebelum anggota komite eksekutif Soviet Yakov Yurovsky pergi untuk membangunkan keluarga, 2 anggota Komisi Luar Biasa [dari Yekaterinburg] tiba di Ipatiev. Pada pukul 01:00, Tsar, Tsarina, putranya, keempat anak perempuan, pembantu, dokter, juru masak dan pelayan meninggalkan kamar mereka. Tsar membawa Alexis Czarevich dalam pelukannya. Kaisar dan ahli waris itu mengenakan gimnasterkas [baju tentara] dan memakai topi. Sang Ratu, anak-anaknya dan yang lainnya mengikutinya. Mereka digiring ke dalam ruangan tertutup dengan sebuah jendela tunggal di lantai dasar rumah. Ketika sampai di ruangan, Yurovsky memerintahkan asistennya untuk membawa tiga kursi. Satu kursi diberikan kepada Tsar, satu untuk sang Ratu, dan yang ketiga untuk ahli waris. Ratu duduk dinding dekat jendela di dekat pilar hitam, di belakangnya berdiri tiga anak perempuannya. Pewaris dan Kaisar duduk berdampingan hampir di tengah ruangan. Dokter Botkin berdiri di belakang ahli waris. Pembantu, wanita yang sangat tinggi, berdiri di kiri pintu menuju ke ruangan, di sisinya berdiri salah seorang putri Tsar (keempat). Dua pelayan berdiri di dinding di sebelah kiri dari pintu masuk ruangan. Pelayan itu membawa bantal, Putri Tsar juga membawa bantal kecil dengan mereka. Satu bantal diletakkan di kursi sang Ratu. Seolah-olah mereka semua menebak nasib mereka, tetapi tidak satu pun dari mereka mengucapkan suara. Pada saat ini 11 pria memasuki ruangan: Yurovsky, asistennya, dua anggota Komisi Luar Biasa, dan tujuh Letts [Polisi Rahasia]. “Karena keluarga Anda terus menyerang Uni Soviet, Penguasa Bolshevik telah memerintahkan eksekusi”, kata Yurovsky. 11 pria dari Rusia dan Latvia tersebut mulai menembak. Beberapa wanita mengenakan rompi antipeluru dengan permata berharga tersembunyi dalam korset yang membuat peluru memantul di sekeliling ruangan. Setelah dipastikan mereka semua tidak bergerak, detak jantung diperiksa dan tubuh dilucuti lalu dimuat ke truk untuk dimakamkan di tempat lain. "Prosedur keseluruhan" seperti Yurovsky menyebutnya, memakan waktu 20 menit.

Pavel Medvedev adalah anggota skuad tentara menjaga keluarga kerajaan. Dia menggambarkan apa yang terjadi : "Pada malam hari 16 Juli, antara tujuh dan delapan malam, ketika waktu tugas saya baru saja dimulai, Komandan Yurovsky memerintahkan saya untuk mengambil semua revolver Nagan dari para penjaga. Aku mengambil 12 revolver dari para penjaga dan membawanya ke kantor komandan. Yurovsky berkata padaku, "Kita harus menembak mereka malam ini semua. Sehingga beritahukan kepada penjaga agar mereka tidak terkejut jika mendengar tembakan”. Aku mengerti bahwa Yurovsky memiliki pikiran untuk menembak seluruh keluarga Tsar, serta dokter dan para pelayan yang tinggal bersama mereka. Tapi aku tidak bertanya dari mana atau oleh siapa keputusan telah dibuat... Pada sekitar pukul 10 malam, sesuai dengan pesanan Yurovsky, aku memberitahu para penjaga untuk tidak khawatir jika mereka mendengar tembakan. Yurovsky memerintahkan saya untuk pergi, berkata, “Pergilah ke jalan, lihat apakah ada orang di sana, dan tunggu." Aku pun pergi, tapi sebelum aku tiba di jalan aku mendengar tembakan. Aku kembali ke rumah segera (hanya 2 atau 3 menit berlalu) dan saat memasuki ruangan tempat eksekusi itu saya melihat semua anggota keluarga Tsar tergeletak di lantai dengan banyak luka dalam tubuh mereka. Darah mengalir bagaikan sungai. Dokter, pembantu dan dua pelayan juga telah ditembak. Ketika aku masuk, ada beberapa wanita masih hidup dan mengerang. Yurovsky mendatangi dan menembakkan dua atau tiga peluru padanya

Tak lama setelah para pejabat di Moskow mengumumkan bahwa Tsar telah ditembak, muncul rumor bahwa beberapa atau bahkan semua anggota keluarga kerajaan berhasil melarikan diri. Pada tahun 1920, Eropa dan Amerika hampir dipenuhi dengan Romanov palsu, beberapa dari mereka menuntut akses ke harta yang diduga dilarikan Tsar ke luar negeri.

Tes DNA memainkan peran utama dalam kisah ini. Banyak di antara para ilmuwan forensik mencoba untuk menentukan apakah sembilan kerangka yang digali dekat Yekaterinburg pada tahun 1991 adalah Nicholas dan keluarganya. Pada akhir Agustus 1991, AS dan para ahli Rusia mengumumkan bahwa tes DNA telah membuktikan secara meyakinkan bahwa satu kerangka adalah Nicholas, sehingga membuka jalan bagi pemakaman keluarga di St Petersburg Katedral St. Petrus dan Paulus.

Pada tanggal 15 Agustus 2000, Gereja Ortodoks Rusia mengumumkan keluarga Nicholas II sebagai "orang suci" dan kanonisasi keluarga bangsawan itu atas "kerendahan hati, kesabaran, dan kelembutannya". Namun, membayangkan perdebatan sengit yang mendahului masalah itu, uskup tidak menyatakan keluarga Romanov sebagai martir, melainkan strastoterpets. Pada tanggal 1 Oktober 2008, Majelis Agung Federasi Rusia menyatakan bahwa Nicholas II dan keluarganya adalah korban penindasan politik dan harus direhabilitasi.

About The Sound of Music


The Sound of Music adalah film musikal tahun 1965 yang diangkat dari buku The Von Trapp Family Singers yang ditulis oleh Maria von Trapp dan berisi tentang hidupnya. Adalah film adaptasi dari musikal sandiwara panggung Broadway dan Sandiwara dan film ini sangat terkenal akan lagu-lagunya seperti "Edelweiss", "Do-Re-Mi", "Climb Every Mountain", dan "The Sound of Music".
Ada beberapa versi dari film ini, namun yang paling terkenal adalah versi ini, yang dibintangi Julie Andrews dan lagu-lagunya ditulis oleh Rodgers & Hammerstein.
  
Sinopsis

Maria adalah seorang calon biarawati yang oleh biaranya dikirim ke rumah Kapten Georg Ritter Von Trapp untuk mengasuh ketujuh anaknya dan walaupun awalnya anak-anak tersebut kurang menyukai Maria, pada akhirnya mereka juga menyenanginya. Sementara itu, sang Kapten akan menikahi seorang baroness namun akhirnya Maria-lah yang menikah dengannya karena sesungguhnya Maria juga mencintainya. Pada saat itu, Jerman Nazi menjajah Austria dan Kapten dipanggil untuk bertugas, namun keluarga Von Trapp dapat kabur ke Swiss dengan cara menyelinap setelah mengikuti suatu kejuaraan menyanyi.


The Sound of Music Soundtrack

1. Prelude and The Sound of Music
2. Overture and Preludium (Dixit Dominus)
3. Morning Hymn and Alleluia
4. Maria
5. I Have Confidence
6. Sixteen Going on Seventeen
7. My Favorite Things
8. Do-Re-Mi
9. The Sound of Music
10. The Lonely Goatheard
11. Laendler
12. So Long, Farewell
13. Entr acte
14. Climb Ev'ry Mountain
15. My Favorite Things (reprise)
16. Something Good
17. Processional and Maria (The Wedding)
18. Sixteen Going on Seventeen (reprise)
19. Do-Re-Mi (reprise)
20. Edelweiss (reprise)
21. So Long, Farewell (reprise)
22. Climb Ev'ry Mountain (reprise)
23. Finale
24. My Favorite Things (by Lea Michelle)

Frankenstein at Winter Time. By: Azura


Pada suatu hari, tepatnya di Brooklyn, di suatu desa yang terpencil, ada seorang anak bernama Frank. Ia adalah anak yang sangat cerdik sekaligus nakal. Ia suka sekali menjaili semua orang. Termasuk saudara perempuannya sendiri yang bernama Quiin.

Frank:  “Hei Quiin! Lihat ini!”. Seraya melemparkan sekepal Salju ditangannya.
Quiin:   ”Frank, kau ini sangat nakal. Ibu..lihat Frank. Ia menjailiku lagi!”.
Ibu:      ”Sudahlah Frank, berhentilah berbuat sesuatu hal yang tidak penting dan merugikan orang lain.”.
Frank: ”Baik, Bu!”.

            Selain sikap jailnya yang sering membuat semua orang merasa jengkel. Ia juga suka sekali merendahkan sesuatu hal yang selalu membuat ibu sedih dan kesal.

Frank: ”Bu, kenapa kita tidak sama seperi semua orang dikota?  Kenapa kita hanya
             memakan sup jagung setiap hari?”.
Ibu:      ”Ingat Frank. Sejak ayahmu meninggal, kita sudah tidak lagi memiliki bahan
             makanan yang cukup banyak. Kita hanya memiliki apa yang sekarang kita
             makan”.
Frank:  ”Tapi bu,,,” tiba-tiba sang ibu memotong pembicaraan Frank.
Ibu:      ”Frank, terimalah apa yang kita punya sekarang. Kau hanya perlu mensyukurinya.            itu saja.”.
Frank:  ”Baiklah,bu...aku mengerti”.

            Namun, pada suatu ketika, sesuatu hal terjadi disana. Salju turun semakin lebat, menutupi sebagian wilayah desa, jalan tertutup salju, banyak rumah dan atap yang tertutup salju. Udara menjadi semakin dingin. Diantara banyaknya orang yang sibuk menyingkirkan timbunan salju disekitar rumahnya, Frank dan Quiin hanya sibuk mengurusi ibu mereka yang sedang sakit di dalam rumah. Udara yang dingin membuat kesehatan sang ibu semakin menurun.

            Sementara bahan makanan dirumah semakin berkurang, namun dengan udara yang dingin dan keadaan kesehatan yang menurun, sang ibu tidak dapat pergi bekerja. Mereka mempunyai makanan yang hanya cukup untuk disantap sang ibu. Mereka hanya bisa menahan lapar.

            Pada waktu itu, musim salju berlangsung sangat lama disana. Kesehatan sang ibu semakin menurun. Sampai-sampai ia tidak kuat lagi menahan rasa sakitnya, dan sampai merenggut nyawa sang ibu. Semenjak itu, sikap Frank perlahan berubah. Frank dan saudara perempuannya sangat sedih dan terpuruk. Kini mereka bukan hanya kehilangan Ayah, harta maupun makanan. Tetapi mereka juga kehilangan sang ibu yang sangat mereka sayangi. Frank berfikir bahwa ini adalah Musim salju terburuk yang pernah ia alami.

            Dengan keadaan yang sangat mendesak. Membuat Frank harus merawat saudara perempuannya sendirian. Frank melakukan pekerjaan yang dulu pernah dikerjakan ibunya. Ia mencari kayu bakar untuk perapian, atau mencari sayuran dan memetik jagung  untuk dimakan. Namun, pada suatu hari ia merasa putus asa akan  kehidupannya. Ia pergi ke dalam hutan, dan menyendiri disana. Tiba-tiba seekor rusa muncul didepannnya, rusa itu berbicara kepadanya. Ia hanya terdiam seolah tidak percaya akan apa yang ia lihat. Mana mungkin seekor rusa bisa berbicara?. Hanya itu yang yang ada dikepalanya kini. Ia hanya berfikir, mungkin itu adalah Rusa yang dikirim Santa untuknya.

            Namun perkiraanya itu salah, suara Rusa yang ia dengar itu seperti suara Ibunya. Rusa itu berbicara kepadanya, seakan memberinya nasihat.

Rusa:    ”Ingat, tidaklah hidup selalu bahagia, tidaklah hidup selalu berada diatas, tentu  kau juga harus melihat yang dibawah. Kau harus belajar menghadapi semuanya dengan tegar, kau harus berusaha untuk menjadi yang terbaik, Frank..”.

            Tiba- tiba rusa itu pun menghilang dari hadapannya. Semenjak kejadian yang ia lihat itu, kini ia mulai berfikir bahwa ia harus belajar menghargai hidup dan menjalaninya dengan tegar. Ia berlari kembali ke rumahnya. ia langsung memeluk Quiin yang sedang menyalakan perapian dirumah mereka yang kecil itu.

Frank:  ”Quiin, tadi aku baru saja melihat Ibu dihutan. Ia berbicara sesuatu padaku.”. seraya menangis sambil memeluk saudara perempuannya.
Quiin:   ”Berbicara apa, Frank?”.
Frank:  ”Maafkan aku, Quiin. Aku tahu bahwa selama ini aku bersalah kepadamu dan Ibu. Aku selalu merendahkan dan tidak menghormati kalian sebagai keluargaku sendiri!”. Tukas Frank.
Quiin:   ”Tidak masalah, Frank. Aku sudah memaafkanmu. Sekarang ini kita hanya berdua. Kita haru hidup dengan akur. Agar Ayah dan Ibu bisa bahagia disana. Aku bersedia membantumu mengerjakan pekerjaan rumah, Frank J”.
Frank:  ”Terima kasih untuk semuanya, Quiin. Aku tahu pasti kau akan menerimaku kembali menjadi saudaramu.”.
Quiin:  ”Tentu saja, Frank”.
            Sejak itu, mereka hidup akur dan bahagia layaknya kedua bersaudara. Kini Frank
mengerti bahwa hidup tidaklah selalu bahagia. Dan kini frank harus belajar menghargai
kehidupannya sendiri. Ia mulai berfikir bahwa Musim salju tidak sepenuhnya buruk.
Namun ia bisa mengambil sesuatu pelajaran dari musim salju kali ini.

The End.

Winter Song~ By: Azura


Musim semi telah berlalu, musim dingin pun telah tiba, pagi ini adalah pagi dimana aku harus menentukan keberhasilanku dimasa mendatang. Masa-masa yang telah aku mimpi-mimpikan sejak dulu, yaitu masa-masa kelulusanku dari bangku sekolah menengah atas.

Perasaan gembira, sedih, takut akan perpisahan, semuanya bersatu padu dalam jiwaku, tetapi tiba-tiba…

Kriinggg… bel pulang sekolah berbunyi, dipinggir taman, disana aku melihat dia, seseorang yang sangat aku sayangi, yang sangat aku takuti jika aku harus berpisah dengannya,…

“Hi, Tatsuya! Sedang apa kau disini?.”
”Hi, Aya! Aku?? Umm.. hanya sedang memikirkan sesuatu saja.”
”Sesuatu? apa itu?.”
”Umm..mungkin rasa kehilanganku akan sesuatu.”
”Kehilangan?? Sejujurnya aku pun juga takut akan kehilangan seseorang yang selama ini ada di sampingku.”
”Siapa itu aya.??”
”Umm...hei tatsuya.. coba dengar lagu ini!.”
“Waaw..Air supply-goodbye?? Aku suka lagu ini.”
“Iya, aku juga suka.”

Menikmati musim semi dengannya, membuat hatiku merasa nyaman, tiba-tiba...

You deserve the chance at the kind of love , I'm not sure i'm worthy of , Losing you is painful to me.

Mendengarkannya menyanyikan lagu itu, aku berharap dia akan menyanyikannya untukku, disini, disampingku…

“Tok, tok, tok… Tatsuya! Aku datang..”
“Eh aya? Ada hal apa yang membuatmu kesini?”
”Umm.. aku hanya ingin..umm.. memberi ini kepadamu!”
”Umm..apa ini?”
“Buka saja! Hehe”
“Hah? Sebuah CD? CD apa ini?”
”Lagu itu, yang kemarin kita dengar di taman. Bukankah kau menyukainya? Jadi aku memutuskan untuk memberi ini kepadamu”
”Oh, arigatou aya chan! Apakah kau ingin ku antarkan pulang?”
”Hah?? Umm..hehe tidak usah tatsuya”
”Ayolah, tidak apa-apa. Untung-untung ini sebuah tanda terima kasihku dan salam perpisahan untuk kita, aya chan!”

Sekarang, di tengah musim semi yang panjang, melewati jalan dan pemandangan yang indah, aku bersamanya, bersama orang yang sangat aku sayangi, tetapi...

”umm.. tatsuya, kenapa kau bilang ini tanda perpisahan? Bukankah kau aka melanjukan kuliah di sini juga?”
”maaf aya, aku tidak akan melanjutkannya disini”
”tetapi...kenapa? dan dimana kau akan melanjutkannya?”
”aku harus pergi ke Paris, tempat orang tuaku bekerja, disanalah tempatnya, aya chan..”
”umm..kapan kau akan kesana?”
”besok pagi, aku akan berangkat. Maaf aya chan”
”hah?? Tidakkah itu terlalu cepat?”
”iya,tetapi aku harus pergi. Terima kasih untuk semuanya.. lagu itu akan ku kenang dan ku ingat selalu..”

Saat itu juga, aku pun langsung diam membisu, tidak bisa berkata apa-apa, tak kusangka orang yang sangat aku sayangi akan pergi, meninggalkan aku sendiri disini, ditengah musim semi yang panjang, dan musim-musim selanjutnya.. lagu itu akan ku ingat, akan ku kenang selalu,akan kunyayikan selalu..di tempat ini...

You deserve the chance at the kind of love, I'm not sure i'm worthy of , Losing you is painful to me…”

~The End.

Nothing Chicken Soup!. By: Azura


Pagi yang cerah, siap menyambut hari-hariku dengan penuh kehangatan, dsinilah aku berada, ditempat ini, bersamanya selalu, aku berharap dia bias menemaniku selamanya, tetapi semua itu dimulai dari…

“Kriiiingg..kriinggg..kriingg!”
*tuk..tuk..tuk* “hei keiko-chan! Tunggu aku..haha”
“hei, ada apa kau tiba-tiba saja memanggilku, Sachiko?”
“lihat ini Kei-chan!”, dengan menunjukkan sepatu baru pemberian ibu.
”waahh, cantiknya! Barukah? Siapa yang memberimu sepatu ini sachi-chan?”
”haha, ibuku yang memberinya kepadaku, cantik bukan?”
”iya, aku suka sepatu itu. Cantik sekali!! Haha”

            Siang itu, aku sangat senang. Selain karena sepatu baruku, juga karena hari itu ibu akan membuat chicken soup kesukaanku, soup yang membuat hatiku merasa nyaman dan hangat,...

”tok, tok, tok, ibu aku pulang!”
“hei sachiko, cepat bergegas ke atas, ibu akan mengambilkan chicken soup kesukaanmu!”
”iya ibu, aku sayang ibu!”

            Sejak itu , aku merasa akan merasakan soup buatan ibu untuk yang terakhir kalinya. Soup yang membawa kehangatan bagiku. Dan semuanya berawal dari pagi itu...

”ibu, ayah, aku berangkat sekolah!”
”iya, sachiko.. hati-hati diperjalanan..”
“iya bu, ok!”

            Hari demi hari terasa berjalan amat sangat cepat, saatnya menjalani ini semua dengan semangat, namun lagi-lagi aku ingin mencoba itu, soup yang membuat perasaanku menjadi tenang. Saatnya pulang sekolah, namun sesampainya dirumah....

“hah? Ayah? Ada apa ini? Ramai sekali disini!”
“umm...”
“ada apa ayah? Ayo ceritakan kepadaku!!”
“ibumu, ibumu sudah tiada sachiko..”
“hah? Bagaimana bisa?!!”

            Dengan perasaan yang membeku, aku pun tidak bisa berkata apa-apa, hanya bisa menangis, melihat wajah ibu yang sudah tiada,  berbagai pertanyaan ada di pikiranku..kini siapa lagi yang akan memberiku kehangatan, menjagaku, dan menemaniku,, lalu kini siapa lagi yang akan membuatkan ku soup yang lezat, soup yang memberi kehangatan untukku??,,

“Nothing chicken soup now!”

Kini aku hanya bisa mengatakan itu...

-The End.

Kelakuan Singa si Raja Hutan. By: Azura


Pada suatu hari di tengah lebatnya hutan, ada seekor Singa dan binatang lainnya yang tinggal disana, sang Singa yang baru saja mendapat gelar Raja Hutan ini sangat bangga dengan dirinya sendiri, sampai-sampai pada suatu ketika, si Singa berkata..

”Hei kau para rakyatku, akulah si Raja Hutan, disini, ditempat ini, aku yang berkuasa, jadi kalian semua harus patuh kepadaku mulai sekarang, mengerti!!”, seru si Singa.

Sejak saat itu kesejahteraan para binatang lainnya disana sangat memprihatinkan, dengan kesombongan dan kerakusan si Singa, mereka tidak mendapatkan makanan yang banyak, semua makanan yang ada di hutan dipersembahkan untuk sang Raja Hutan.

Pada suatu ketika, sang Raja Hutan memerintahkan untuk mengadakan kerja bakti di seluruh lingkungan hutan yang harus dikerjakan oleh para anak buahnya, dan para rakyatnya,..

”aku si Raja Hutan, memerintahkan kepada kalian semua untuk melakukan kerja bakti di seluruh lingkungan hutan..sementara aku hanya tinggal diam, dan menunggu kalian mengerjakan itu semua, mengerti?!!”..

            Dengan kesombongan dan keegoisan si Singa, para binatang sangat kesal, mereka pun berkata,

”huh! Kalau dulu aku tahu kita sekarang akan seperti ini, aku tidak akan memilih dia sebagai Raja Hutan!!”, kata si Monyet.
”iya, aku sangat kesal kepadanya!!”, begitu pun juga kata si Gajah.
”bagaimana kalau kita semua usir dia dari sini?!!”, kata si Burung Elang.
“ayo, siapa takut?!!”, kata si Monyet.
“jangan, kita jangan bertindak terlalu cepat, kita lihat dulu sampai seberapa parah tingkah dan kelakuannya kepada kita semua!”, tegas si Macan.

            Hari demi hari telah berlalu, ini saatnya para binatang di hutan memutuskan kapan mereka akan bertindak, untuk mengusir si Singa, namun tiba-tiba...

”kebakaran, ada kebakaran hutan disini!!”, teriak si Monyet.

            Semua para binatang di hutan pun terkejut, dan segera berlarian keluar hutan, sementara Singa si Raja Hutan pun tidak mengetahui hal ini, ia terlalu menikmati tahtanya sebagai seorang Raja Hutan. Tetapi tiba-tiba salah satu pengawalnya memberitahukannya bahwa ada kebakaran hutan,

”hei Raja! Ada kebakaran hutan disini! Ayo kita lari!!”
”hah? Ahh tenang saja. Aku si Raja Hutan bisa mengatasi ini semua!! Aku sangat kuat, dan aku yang berkuasa disini, perintahkan kepada semua rakyatku untuk tidak panik, dan kembali ke hutan semua!!”
”namun raja, api sudah sangat menyebar dan membesar, semua rakyatmu pun sudah berlarian keluar hutan!”
”ahahaha..sudahlah. tenang saja. Kau pergi sana! Aku akan membuktikan ke mereka semua bahwa aku sangat kuat. Aku bisa mengalahkan ini semua. Walaupun aku sendirian! Apapun yang terjadi aku tidak akan meninggalkan hutan ini!”, kata si Singa dengan sombong.

            Api cepat sekali menyebar dan membesar, si Singa yang mengetahui hal ini pun lantas langsung berusaha menghindar dan berlari keluar hutan, namun api sudah mengepungnya di tengah hutan, dia menangis dan berteriak minta tolong, tetapi tak ada seorang pun yang menolongnya, karna kesombongannya dia termakan oleh api yang membakar hampir seluruh bagian hutan.

            Melihat hal ini pun, para binatang lainnya merasa senang sekaligus kasihan terhadap si Raja Hutan itu, namun apa daya jika sikapnya sendirilah yang membuatnya celaka,.

            Dan semenjak kejadian itu, semua binatang mendapatkan hidup yang sejahtera, mereka akhirnya memutuskan tidak memilih Raja Hutan yang berikutnya, dan menjalankan kehidupan mereka masing-masing.

-The End.

Pocahontas Colors Of The Wind Lyrics


You think you own whatever land you land on
The Earth is just a dead thing you can claim
But I know every rock and tree and creature
Has a life, has a spirit, has a name

You think the only people who are people
Are the people who look and think like you
But if you walk the footsteps of a stranger
You'll learn things you never knew you never knew

Have you ever heard the wolf cry to the blue corn moon
Or asked the grinning bobcat why he grinned?
Can you sing with all the voices of the mountains?
Can you paint with all the colors of the wind?
Can you paint with all the colors of the wind?

Come run the hidden pine trails of the forest
Come taste the sunsweet berries of the Earth
Come roll in all the riches all around you
And for once, never wonder what they're
worth

The rainstorm and the river are my brothers
The heron and the otter are my friends
And we are all connected to each other
In a circle, in a hoop that never ends

How high will the sycamore grow?
If you cut it down, then you'll never know
And you'll never hear the wolf cry to the blue corn moon

For whether we are white or copper skinned
We need to sing with all the voices of the mountains
We need to paint with all the colors of the wind

You can own the Earth and still
All you'll own is Earth until
You can paint with all the colors of the wind

Suddenly.. Part 2. By:azura

7
Keesokan harinya adalah hari sabtu. Dan hari sabtu adalah hari Hallowen. Dimana aku membayangkan sekelompok banyak orang yang mengenakan kostum-kostum menyeramkan atau mengenakan jubah putih dan wajah yang beriaskan wajah-wajah tokoh hantu menyeramkan. Apapun hari itu, yang terpenting bahwa kami bebas dari sekolah dan seluruh pekerjaan sekolah yang harus dikerjakan setiap hari. Namun hari ini aku bingung ingin melakukan apa, jujur saja aku sangat tidak menyukai hari Hallowen. Bagiku di hari itu orang hanya mengenakan kostum-kostum yang aneh serta berkeliling membagikan kue dan permen ke semua orang.

Tiba-tiba bunyi telefon berdering, ternyata Meriam mengajakku pergi kerumahnya untuk melihat Hana dan mengajakku berkeliling taman dan museum prasejarah dekat kota. Museum yang berdiri sejak tahun 1950an ini mempunyai arsitektur bangunan yang khas. Desain bangunan belanda dan ditambah lagi dengan umurnya yang sangat tua serta isi yang ada didalam museum menambah aura yang sangat berbeda. Seperti kembali ke masa prasejarah.

Disana kami melihat berbagai koleksi-koleksi prasejarah, sampai berbagai penemuan di jaman prasejarah. Jujur aku sangat suka mempelajari hal ini, bagiku snagat unik dan lebih terlihat keren dari pada hari Hallowen yang justru bagiku tidak berguna.

Udara diluar sangat panas, dengan mengeluarkan sesuatu dari tas ransel yang ia bawa, lalu ia mengeluarkan sebuah topi rajutan yang lusuh, di kepalanya tersampir topi rajutan berhiaskan bunga-bunga disekelilingnya menambahkan keasan tersendiri terhadap penampilan Meriam. Penampilan yang tak pernah kutemukan dari dirinya semenjak aku mengenalnya. Ia seperti artis kecil yang bermain fil ELOISE AT THE MALL yang kemarin ku lihat di tv.

8
Aku bisa melihat ekspresi wajah Meriam. Raut wajah yang menunjukkan rasa bahagianya karena bisa menghabiskan waktu dnganku hari ini. Melewati jalan di sekitar taman, mataku tertuju kepada sekelompok burung kecil yang hinggap dia tempat air mancur. Sungguh indah pemandangan di taman, membuat pikiranku merasa nyaman, melepaskan seluruh beban yang ada dipikiranku, dan memberiku waktu tambahan untuk melupakan ulah Nia serta para pengikutnya.

Tiba-tiba aku ingat bekal yang dibawakan ibuku, ia membekalkanku dan Meriam sepotong Sandwich. Sambil menikmati sepotong sandwich bersama, kami saling bertukar pengalaman dan kisah. Namun ada yang membuatku terkejut bahwa ternyata Meriam adalah seorang Pianis. Ia banyak memenangkan berbagai kompetisi, namun kemampuan mmbaca takdir menghancurkan impiannya. Ia merasa tersiksa dengan kemampuannya itu, dengan itu semua ia menjadi anak yan pendiam, dan tidak berminat memain piano lagi.


Mendengar cerita Meriam aku merasa sedih dan sangat prihatin, namun apa yang harus aku perbuat dengannya, aku masih gelisah memikirkannya dan apa yang sebaiknya aku lakukan. Berbagai pertanyaan ada di otakku, mengapa semua itu bisa terjadi, bukankah Meriam tidak menginginkan itu semua.

9
Suasana sepi di lorong-lorong sekolah memberikan kesan kuat dengan bangunan tua ini. Ya, bisa dibilang sekolah ini sudah lama berdiri. Aku bertujuan untuk pergi ke perpustakaan dan menenagkan diri dari ejekan Nia dan para pengikutnya.

Sesampainya diperpustakaan, aku melihat sekeliling perpustakaan yang sangat sepi. Hanya ada cahaya lampu redup yang menerangi seluruh bagian ruangan, namun apa yag kudapatkan disana dalah bertemu dengan Nia. Aku melihat ai memainkan laptop kesayanganya, laptop berwarna merah muda serta berhiaskan gambar APPLE di belakang laptop menunjukkan bahwa itu adalah benda mahal yang ia miliki.

Tiba-tiba, Meriam masuk ke perpustakaan tanpa meninggalkan suara gema pintu yang tertutup. Aku bingung, bagaimana ia bisa masuk, bukankah ruang perpustakaan jarang dikunjungi dan sangat luas, sampai suara yang ada didalam ruangan ini bisa bergema. Aku berusaha menghilangkan pikiranku, dan menghampiri Meriam.

Peristiwa didalam perpustakaan yang terjadi dengan Meriam sedikit demi sedikit bisa kulupakan. Namun hal yang lebih buruk terjadi, Nia hendak keluar dari perpustakaan, tiba-tiba ia menyampiriku dan Meriam, lalu ia berbicara dengan suara yang kecil ”dasar anak aneh, kau berdua itu aneh, apa kalian tidak menyadarinya?” dengan santai ia berjalan menuju pintu keluar lalu lenyap dari hadapan kami. Bagiku Nia seperti sesosok hantu yang setiap hari menggangguku.

10
Aku mulai merenungkan baik-baik apa yang terjadi dengan meriam di prpuustakaan kemarin. Lalu aku memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Jac.
”Jac, apa pendapatmu tenang kejadian itu?” tanyaku.
”umm, mungkin saja ia menembus pintu” tukasnya seakan-akan ia ingin menakutiku.
”bagaimana mungkin ia menembus pintu?” jawabku dengan rasa penasaran.
”ya, mungkin saja ia adalah arwah penasaran yang bergentayangan, seperti film yang kulihat tadi malam di tv.”
”umm, aku tidak terlalu yakin, apakah aku harus menyelidikinya jac?” tanyaku seraya mengatupkan mulutku.
”seharusnya begitu, judy. Aku akan membantumu”.

Mendengar pernyataan jac, sekarang hatiku mulai terasa tenang, aku hanya perlu memikirkan strategi bagaimana menyelidiki latar belakang Meriam, yang selama ini tak pernah ia ceritakan kepadaku. Bahkan ia tak pernah menceritakan tentang keluarga atau ibunya kepadaku. Ia hanya menceritakan kemampuannya saja.


11
Aku dan Jac bertujuan untuk menyelidiki latar belakangnya, dimana ia tinggal, dan bersama siapa ia tinggal. Tiba-tiba aku ingat buku harian lusuh Meriam yang tertringgal di perpustakaan, itu bisa menjadi petunjuk untuk menemukan identitas siapa Meriam sebenarnya.

Dibuku hariannya tertera bahwa ia tinggal di rumah sederhana beralamatkan jalan St.wirlks. Dan tepatnya aku dan Jac tak tahu dimana alamat itu berada. Akhirnya Jac berusaha mencari alamat itu di internet, ia berusaha men-google-nya, akhirnya ia menemukannya. Di internet tertulis bahwa Jalan St.wirkles sudah berganti nama menjadi Foodtown 10 tahun yang lalu. Jadi, semua yang dikatakan Jac itu benar. bahwa ternyata ia adalah sosok arwah gentayangan disekolah ini.

Aku berusaha menenangkan pikiranku akan fakta Meriam sebenarnya. Jac mengusulkan untuk melihat buku tahunan 10 tahun yang lalu untuk mencari identitas Meriam. Aku pun menyetujui gagasannya itu.

12
Mulai mencari buku tahunan di perpustakaan ini, dengan alat penerangan yang minim aku dan Jac tidak berhenti menyerah untuk mnyelidiki ini.

Aku dan Jac mulai mencari nama Meriam dan melihat identitas aslinya, aku lega setelah mengetahuui tidak ada Meriam ataupun Nia disini.

”dimana kita harus mencarinya Jac?” tanyaku. Aku merebut buku harian Meriam dari tangan Jac dan duduk di pojok ruangan.
”kita harus mencarinya di buku tahunan siswa berkejuruan musik, sepertimu Judy!” jawab Jac. Dengan pintar dan cepatnya Jac mencari buku tahunan. Lalu aku hanya melihat buku harian meriam dengan teliti seraya memicingkan mata, berusaha menemukan sesuatu disana, namun tak ada petunjuk yang kutemukan.

13

Lantas aku langsung membantu Jac mencari buku tahunan kejuruan musik 10 tahun yang lalu, ya, bisa dibilang hanya sampai 10 tahu yang lalu kejuruan musik berlaku disekolah ini. Aku pun baru menyadari bahwa 10 tahun yang lalu disekolah ini terdapat kejuruan musik bagi siswa.

”aku menemukannya!” tukas Jac.
”cepat, tidak ada waktu lagi, kita harus mencari identitas Meriam” sambil merebut buku tahunan dari tangan Jac.
”ta...tapi, kita harus mengetahui nama lengkapnya terlebih dahulu. Kalau tidak, kita terpaksa harus mencarinya disetiap halaman buku ini, sementara buku tahunan ini sangat tebal, Judy. Dan bisa mnghabiskan waktu.”, katanya.
”benar sekali Jac, aku harus melihat nama lengkapnya di buku harian Meriam.” tukasku seraya menaruh buku tahunan ke atas meja dan mengambil buku harian Meriam.
Dibuku harian tertulis bahwa nama lengkapnya adalah Meriam Wirkles. Namanya sama persis dengan alamat rumahnya. Sangat menunjukkan bahwa ia tinggal disana sejak lahir.

Continue...