I
“Kriiingg…Kriiiing”
Suara itu, sangat
terdengar jelas di telingaku, suara telefon berdering seakan-akan
memenuhi ruangan ini, terkesan membuatku merasakan aura yang sangat
berbeda disini, aura yang tak pernah kurasakan dan hanya kurasakan pada
saat malam tiba. setiap malam aku selalu mendengar suara bising ini,
suara yang membuat seluruh bulu kudukku merinding, namun tiba-tiba
suara bergetar itu membuyarkan fikiranku, anehnya orang tuaku tidak
pernah mendengar hal ini sebelumnya. aku terkejut setelah melihat
pacarku men-dial-ku, sehingga meninggalkan bunyi bergetar di
handphoneku, lalu aku reject telefon itu, dan aku pun berniat untuk SMS
pacarku itu agar tidak menelfonku disaat malam hari. Dengan perasaan takut aku mencoba untuk memejamkan mata sejenak dan berharap agar aku bisa tidur dengan nyenyak.
Pagi
harinya adalah hari paling bersejarah di sekolahku, yaitu adalah hari
dimana sekolahku merayakan hari jadinya. Dan sekolah berniat mengadakan
acara pensi yang diadakan di lingkungan sekolah dan diikuti oleh
seluruh murid. Difikiranku terbayang dimana semua orang mengenakan
pakaian adat tradisional dan menari-nari didepan umum layaknya penari
profesional. Akupun tidak ingin ketinggalan, aku mengetahui bakatku
yang tependam, aku tentu mempunyai bakat, ya setiap orang pasti
mempunyai bakatnya masing-masing. Aku dan temanku Lola ingin mengikut
lomba puisi. Dengan percaya diri aku mengikuti lomba itu dengan lancar.
Aku hanya tinggal menunggu pengumuman tentang hasil lomba itu.
Malam
ini, aku berniat untuk tidur sejenak sambil melepas lelah. Tiba-tiba
aku mendengar suara dering telefon. Teringat olehku tentang suara bunyi
telefon yang setiap malam kudengar. namun aku mencoba untuk berpositif
thinking tentang itu. Dengan berbekal sedikit nyali aku coba mendekati
telefon rumahku.
Lega
rasanya setelah mengetahui bahwa bunyi itu berasal dari telefon rumahku
sendiri, dan kabar bagusnya lagi setelah mengetahui bahwa telefon itu
dari Wali kelasku sendiri yang mengumumkan bahwa pemenang lomba puisi
itu adalah aku. Senang rasanya mendengar kabar gembira. Menghilangkan
rasa ketakutan yang setiap malam mendera diriku.
Keesokan
harinya, Aku dan Lola berencana ingin merayakan kemenanganku atas lomba
pensi disekolah. Aku ingin merayakannya dengan pergi ke suatu tempat
yang memiliki kesan khusus yang tak bisa kudapatkan di tempat lain.
Iya!, aku sedang membicarakan sebuah arena permainan yang lengkap,
disana aku bisa menemukan Halilintar, Rumah hantu, Kincir angin, arena
Mangkuk terbang yang bisa membuaku merasa pusing, ataupun acara Koboi
yang selalu menyita perhatianku, dan masih banyak lagi.
Hari
yang sungguh melelahkan, sehabis melihat tournament basket yang
berlangsung sangat meriah, tak sadar kami pulang begitu larut malam,
”Annie, tidakkah kita pulang begitu larut malam, aku takut dimarahi oleh ibuku, bagaimana ini?”
”Kau
tidak perlu khawatir Lola, kau hanya cukup bermalam dirumahku saja,
tentu ibumu sudah tahu diriku kan? Dan pasti ia tahu kau baik-baik saja
selama dirumahku. Tenang saja,”.
Dengan
santainya, aku mengajak Lola untuk menginap dirumahku, tanpa memikirkan
hal lain yang tentu membuat ia tak nyaman berada dirumahku, yaitu SUARA
DERING TELEFON!!. Ah! Aku bahkan tidak sempat memikirkan hal itu tadi
pada saat aku mengajaknya bermalam dirumahku. Huft, untung saat itu
keadaan rumahku cukup baik, aku berharap tak ada hal buruk yang terjadi
malam ini.
II
Aku bisa melihat ekspresi wajah Lola pada saat masuk kekamarku,
”Annie, mengapa disini terasa dingin?, bulu kudukku terasa merinding..”
Hah? Apa yang dia katakan benar-benar membuatku takut. Yang benar saja? Ia bahkan
belum menghabiskan malam disini, namun ia sudah merasakan hal aneh
disini. Aku tahu tidak ada jalan keluar untuk mengatasi hal ini,
satu-satunya yang bisa ku lakukan hanya membuat dia merasa tenang agar
tidak merasa takut akan hal ini.
Aku
sungguh takut hal yang selama ini aku khawatirkan terjadi, aku takut ia
mendengar suara itu, dan berfikir seakan-akan aku dan keluargaku adalah
Medium yang sering berkomunikasi pada hal-hal gaib di telefon. Padahal
tidak, dan itu sungguh hal yang konyol, dan membuat ia jauh dariku. Aku
bingung bagaimana dan dari mana harus ku atasi.
Keadaan
begitu sunyi, begitu pun juga yang terjadi di dalam kamarku, aku dan
Lola hanya bisa diam seraya melakukan aktifitas masing-masing. aku
membaca komik, sedangkan Lola sibuk meng-update status lewat BBMnya.
Itulah kegiatan kami, kalau ia sudah main BBM, ia tentu lupa pada
segalanya, bahkan semua yang terjadi di sekitarnya. Namun aku melihat
diriya tidak nyaman, kali ini dia tidak begitu konsen pada Handphonenya
itu, ia lebih sering mengusap belakang lehernya, atau berusaha memeluk
dirinya sendiri, seakan-akan ia merasa kedinginan. Aku tahu ia pasti
merasa merinding dan tak nyaman berada disini.
Lebih buruknya lagi ternyata ia merasakan hal yang lebih janggal dari hal yang sebelumnya ia rasakan disini. SUARA!! Ya ampun, aku langsung berfikir pasti suara itu adalah suara yang aku dengar selama ini. Namun anehnya entah mengapa aku tidak mendengarnya, hanya Lola yang mendengarnya.
”Annie, apa kau mendengar sesuatu. Seperti suara dering?”
”Hah?!
Umm.. tidak, aku tidak mendengarnya. Aku bahkan tidak mendengar suara
aneh apapun. Bagaimana kalau kita tidur saja? Aku sudah merasa lelah
dengan aktifitasku hari ini, tentu kau juga merasa lelahkan? Karna kau
merasa lelah, jadi kau merasakan hal-hal aneh malam ini.”
”Aku
berfikir sama sepertimu, ya sudahlah mungkin benar apa yang kau
katakan, aku butuh istirahat, menghilangkan rasa lelah atas apa yang
terjadi hari ini. Tentu tidak salah kan?.”
”iya, tentu saja, Lola.”
III
Aku dan Lola terbangun jauh
setelah alarmku menyala, kami lega setelah mengetahui bahwa hari ini
adalah hari libur, jadi kita tidak perlu khawatir akan telatnya pergi
ke sekolah. Tentu saja pasti ia menanyakan kenapa aku bisa terbangun
telat, dan apa yang ia rasakan semalam. Apakah ada hubungannya?, tidak
masalah jika aku menjawab alasanku bahwa semalam aku berlatih
menyanyikan sebuah lagu dari Amy Winehouse yang sering kudengarkan
sampai larut malam. Sehingga aku terbangun telat, dan tidak sempat
membangunkannya.
Bisa
kulihat ekspresi wajahnya yang lelah setelah apa yang terjadi kemarin,
namun ia buru-buru menepisnya. Hari ini aku ingin mengajaknya menonton
Film musikal, ya bisa dibilang aku penggemar film-film musikal, apalagi
film musikal yang sudah terdahulu, aku sangat menyukainya. Film musikal
yang berjudul ”Annie The Musical”, film musikal yang cukup terkenal di
sekitar tahun 1982 ini menjadi pilihanku.
”I Think, Im Gonna Like It Here!!”
Begitulah caranya
aku menyanyikan sebuah lagu yang ada di film tersebut. Dan anehnya Lola
juga menyukainya, aku tentu sangat senang mempunyai teman yang punya
banyak kesamaan.
Waktu demi waktu
telah berlalu, sore ini Aku dan Lola pergi ke sebuah Mall yang cukup
terkenal dikota ini, dengan pergi kesana kami bisa melihat dan membeli
apa yang kami suka. Seperti menonton film horror, membeli snack,
membeli tas ataupun aksesoris lainnya.
Finally,
kami memilih untuk menonton film horror, film horror yang sedang
terkenal dikalangan masyarakat kota saat ini. Tiba saatnya kami mulai
memasuki ruangan bioskop. Tampak gelap dan dingin, itulah rasanya
setelah kami memasuki ruangan ini. Dengan aura yang ada disini, membuat
kami semakin tertarik untuk menonton film, sungguh kami tidak sabar
untuk menunggu filmnya dimulai, seraya duduk dikursi yang empuk, dan
memakan beberapa snack dan minuman, seperti popcorn, juice atau koktail
membuat kami merasa semakin nyaman berada di tempat ini. Memang sedikit
menyeramkan, apalagi setelah mengetahui, bahwa ruangan sebesar,
segelap, dan seluas ini akan kosong setelah tengah malam, tidak ada
lagi yang mengunjungi ruangan ini. Tentu saja penghuni yang ada didalam
ruangan ini merasa sangat terganggu akan kehadiran kami para pendatang
ruang bioskop sekarang.
Film
yang lumayan menyeramkan bagiku dan Lola ini membuat bulu kuduk kami
perlahan demi perlahan merinding. Cerita horror dari film itu telah
menyita perhatian kami. Sampai-sampai kami terus mengingat cerita yang
ada di film itu.
IV
Hari sudah menjelang malam,
matahari sudah mulai terbenam, saatnya aku dan Lola pulang. Namun entah
mengapa hari ini kami merasa risih, kami merasakan aura negative,
seakan-akan ada yang terjadi pada kami. Lola berfikir untuk kembali
bermalam dirumahku, kami menyelusuri jalan setapak demi setapak untuk
sampai ke rumah, seraya ia menelefon orang tuanya kembali agar di
izinkan bermalam dirumahku.
Saat
perjalanan pulang kerumah, kami lega rasanya hampir sampai ke rumah,
namun hal yang membuatku ngeri adalah kami harus melewati rumah yang
seram itu, rumah yang sudah tua, dengan ornamen atau bangunannya yang
memiliki kesan tersendiri ini benar-benar membuatku repot dan kacau.
Ditambah lagi aku harus berbohong jika Lola kembali mendengar suara
dering itu ketika kami melewati rumah, iihh..aku benar-benar tidak bisa
membayangkannya.
Saat
melewati rumah itu, tiba-tiba seluruh bulu kudukku merinding, tubuhku
bergetar kecil, Aku dan Lola merasakan aura yang sangat berbeda disini,
seakan-akan ada yang menyentuh punggung belakangku. Namun tiba-tiba.....
Waaaa!!
Serentak Aku dan Lola Loncat dan Teriak. Seorang nenek separuh baya
berdiri dibelakangku dan berusaha menyentuh punggung belakang kami. Ia
mungkin mencoba memanggil kami, namun suara kecil nan lembutnya itu
tidak terdengar oleh kami.
”ada apa nek? Nenek ini membuat kami kaget saja.”, tukasku.
”tidak,
nenek Cuma ingin mengingatkan saja. Hati-hati bagi kalian anak gadis,
jika malam-malam kalian melewati rumah tua ini, bisa saja kalian
mengalami hal aneh,”.
”umm..
hal aneh? Seperti apa itu? apakah ada sesosok penampakan yang sering
muncul dirumah tua ini? Seperti film horror yang tadi kami saksikan,,”,
tanya Lola.
”tidak..tidak.
Kalian mungkin hanya merasakan hal yang membuat kalian merinding,
seperti mendengar suara-suara aneh..” jawab nenek itu dengan suaranya
seakan-akan sedang menakuti kami.
”hah? Suara aneh? Seperti suara yang kemarin malam aku dengar itu, Annie”. Tukas Lola.
Sedang
sibuk-sibuknya membicarakan suara dering telefon itu seraya menoleh
kebelakang kami, namun apa yang terjadi, tiba-tiba nenek paruh baya itu
sudah tidak ada, serentak kami terkejut dan buru-buru lari dari depan
rumah itu.
Sesampainya
dirumah, aku berfikir mungkin saja nenek tadi itu adalah seorang arwah
yang bermaksud ingin memberi tahu kami sedikit tentang latar belakang
rumah itu yang mungkin sudah ku ketahui sebelumnya. Ia mengulas kembali
apa yang sudah ku tahu.
V
Hari sudah larut malam.
Lola merencanakan sesuatu, sesuatu yang tidak mungkin terjadi, tidak
mungkin ku lakukan, dan tidak mau kulakukan. Sesuatu yang pada dasarnya
terdengar sedikit nekat.
”Annie, bagaimana kalau kita masuk kerumah itu, dan mencoba menyelidikinya?”.
Tiba-tiba
Lola merencanakan hal gila yang hanya kulihat dari film horror yang
tadi kami saksikan. Aku mulai berfikir, jangan-jangan ia terpengaruh
oleh film itu. sekarang aku baru menyadarinya, sungguh berbahaya
mengajaknya menonton film itu.
”umm.. apa menurutmu rencanamu ini tidak berlebihan?.” jawabku.
”tidak Annie, kita hanya perlu membawa peralatan dan perbekalan, serta nyali yang kuat untuk memasuki rumah itu.”
”tapi aku tidak cukup berani menghadapinya..”
”tenang, aku temanmu Lola selalu ada didekatmu, Annie!.” tukasnya seraya melahap semua snack yang ada didepannya.
”Ok! Aku setuju dengan rencanamu kali ini, tapi kalau terjadi sesuatu, itu semua diluar tanggung jawabku ya!”.
”sip deh! Hehehe”.
Sebenarnya
aku jengkel dengan semua ini, namun aku berusaha memahami rencananya
kali ini, dan kali ini kami tidak boleh gagal, dengan gaya ala detektif
professional kami mencoba mendekati rumah itu, dengan perbekalan dan
nyali seadanya kami memulai misi kami.
”kau saja Lola,.”
”kau
saja yang membuka pintunya, Annie. Lagi pula kau sudah cukup lama
tinggal disini, kau juga cukup mengenal penghuni dirumah tua ini!”
Dengan
perasaan yang lumayan takut, aku mencoba membuka pintu rumah tua itu.
Didalamnya tampak ornamen-ornamen mewah yang sudah tak terawat, lantai
dan dinding tembok yang kotor dan penuh bercak darah dimana-mana,
menambahkan kesan yang seram dirumah ini. Cukup tahu aja, bahwa pasti
rumah ini sudah tak terawat dan tak ada yang mau merawatnya lagi.
Ditambah dengan bekas-bekas bercak darah, yang ku tahu rumah itu dulu
punya seorang saudagar asing yang kaya yang mengalami pembantaian
dirumahnya ini. Semua keluarganya dibunuh,tidak terkeculi pembantu,
supir, dan pemilik rumah ini juga dibunuh. Memang sedikit seram
menceritakannya kembali, namun aku berusaha tidak memikirkannya saat
mulai masuk kedalam rumah ini.
VI
Keadaan disini sangat berlawanan dari
arti lagu yang sering ku dengar di film Annie the musikal. Disini
begitu dingin, tiba-tiba aku sangat peka terhadap apa saja yang terjadi
didekatku, sampai aku menyadari bahwa Lola kini menggenggam tanganku.
Aku bisa merasakan ketakutannya lewat tangannya yang dingin.
”Annie, apa kau tidak merasa ketakutan? Cukup seram disini,”, tukas Lola.
”sedikit, ini rencanamu, kenapa kau ketakutan?..” jawabku.
”tidak, aku merasa sedikit risih saja..”.
Aku
tahu sejujurnya ia sngat ketakutan, tapi ia buru-buru menepisnya. Aku
dan Lola mencoba untuk berjalan kecil menelusuri rumah ini, jujur rumah
ini bisa dibilang sangat besar. Bahkan rumah ini juga tak hanya
mempunyai satu tingkat saja, dan halamannya yang luas juga menambah
kemewahan rumah ini.
Tiba-tiba
Lola melihat sesuatu, mungkin bayangan atau lebih buruk dari itu,
matanya yang biru dan besar selalu terbuka dan siap siaga, seakan-akan
ia sangat peka terhadap yang ia lihat tadi. Raut wajahnya yang
ketakutan membuatku merasa kasihan kepadanya. Aku pun mengajaknya duduk
di sebuah kursi yang ada di rumah itu. seraya menenangkan pikiran dan
perasaanya dan ku tawarkan ia sebotol air minum.
”kau
tenang saja, tidak ada apa-apa disini. Lagi pula kita kesini bermaksud
baik kan, kita hanya ingin mengenal lebih dekat penghuni yang ada
disini. Lagi pula, bagaimanapun mereka juga tetanggaku..”.
aku
terus mencoba menenangkan Lola. Namun tiba-tiba aku dan Lola mendengar
sesuatu. BUNYI DERING!! Lagi-lagi aku mendengarnya. Aku dan Lola
langsung mencari dari mana suara itu berasal.
0 komentar:
Posting Komentar