Pada suatu hari, tepatnya di Brooklyn , di suatu desa yang terpencil, ada seorang anak
bernama Frank. Ia adalah anak yang sangat cerdik sekaligus nakal. Ia suka
sekali menjaili semua orang. Termasuk saudara perempuannya sendiri yang bernama
Quiin.
Frank: “Hei Quiin! Lihat ini!”.
Seraya melemparkan sekepal Salju ditangannya.
Quiin: ”Frank, kau ini sangat nakal.
Ibu..lihat Frank. Ia menjailiku lagi!”.
Ibu: ”Sudahlah
Frank, berhentilah berbuat sesuatu hal yang tidak penting dan merugikan orang
lain.”.
Frank: ”Baik, Bu!”.
Selain sikap jailnya yang sering
membuat semua orang merasa jengkel. Ia juga suka sekali merendahkan sesuatu hal
yang selalu membuat ibu sedih dan kesal.
Frank: ”Bu, kenapa kita tidak sama seperi semua orang dikota? Kenapa kita hanya
memakan sup jagung setiap hari?”.
Ibu: ”Ingat Frank. Sejak ayahmu
meninggal, kita sudah tidak lagi memiliki bahan
makanan yang cukup banyak.
Kita hanya memiliki apa yang sekarang kita
makan”.
Frank: ”Tapi bu,,,” tiba-tiba sang
ibu memotong pembicaraan Frank.
Ibu: ”Frank, terimalah apa yang
kita punya sekarang. Kau hanya perlu mensyukurinya. itu saja.”.
Frank: ”Baiklah,bu...aku mengerti”.
Namun, pada suatu ketika, sesuatu hal terjadi
disana. Salju turun semakin lebat, menutupi sebagian wilayah desa, jalan
tertutup salju, banyak rumah dan atap yang tertutup salju. Udara menjadi
semakin dingin. Diantara banyaknya orang yang sibuk menyingkirkan timbunan
salju disekitar rumahnya, Frank dan Quiin hanya sibuk mengurusi ibu mereka yang
sedang sakit di dalam rumah. Udara yang dingin membuat kesehatan sang ibu
semakin menurun.
Sementara bahan makanan
dirumah semakin berkurang, namun dengan udara yang dingin dan keadaan kesehatan
yang menurun, sang ibu tidak dapat pergi bekerja. Mereka mempunyai makanan yang hanya cukup untuk
disantap sang ibu. Mereka hanya bisa menahan lapar.
Pada waktu itu, musim
salju berlangsung sangat lama disana. Kesehatan sang ibu semakin menurun.
Sampai-sampai ia tidak kuat lagi menahan rasa sakitnya, dan sampai merenggut
nyawa sang ibu. Semenjak itu, sikap Frank perlahan berubah. Frank dan saudara
perempuannya sangat sedih dan terpuruk. Kini mereka bukan hanya kehilangan
Ayah, harta maupun makanan. Tetapi mereka juga kehilangan sang ibu yang sangat
mereka sayangi. Frank berfikir bahwa ini adalah Musim salju terburuk yang
pernah ia alami.
Dengan keadaan yang sangat
mendesak. Membuat Frank harus merawat saudara perempuannya sendirian. Frank melakukan
pekerjaan yang dulu pernah dikerjakan ibunya. Ia mencari kayu bakar untuk
perapian, atau mencari sayuran dan memetik jagung untuk dimakan. Namun, pada suatu hari ia
merasa putus asa akan kehidupannya. Ia
pergi ke dalam hutan, dan menyendiri disana. Tiba-tiba seekor rusa muncul
didepannnya, rusa itu berbicara kepadanya. Ia hanya terdiam seolah tidak
percaya akan apa yang ia lihat. Mana mungkin seekor rusa bisa berbicara?. Hanya
itu yang yang ada dikepalanya kini. Ia hanya berfikir, mungkin itu adalah Rusa
yang dikirim Santa untuknya.
Namun perkiraanya itu
salah, suara Rusa yang ia dengar itu seperti suara Ibunya. Rusa itu berbicara
kepadanya, seakan memberinya nasihat.
Rusa: ”Ingat,
tidaklah hidup selalu bahagia, tidaklah hidup selalu berada diatas, tentu kau juga harus melihat yang dibawah. Kau
harus belajar menghadapi semuanya dengan tegar, kau harus berusaha untuk
menjadi yang terbaik, Frank..”.
Tiba- tiba rusa itu pun
menghilang dari hadapannya. Semenjak kejadian yang ia lihat itu, kini ia mulai
berfikir bahwa ia harus belajar menghargai hidup dan menjalaninya dengan tegar.
Ia berlari kembali ke rumahnya. ia langsung memeluk Quiin yang sedang
menyalakan perapian dirumah mereka yang kecil itu.
Frank: ”Quiin,
tadi aku baru saja melihat Ibu dihutan. Ia berbicara sesuatu padaku.”. seraya
menangis sambil memeluk saudara perempuannya.
Quiin: ”Berbicara apa, Frank?”.
Frank: ”Maafkan
aku, Quiin. Aku tahu bahwa selama ini aku bersalah kepadamu dan Ibu. Aku selalu
merendahkan dan tidak menghormati kalian sebagai keluargaku sendiri!”. Tukas
Frank.
Quiin: ”Tidak
masalah, Frank. Aku sudah memaafkanmu. Sekarang ini kita hanya berdua. Kita
haru hidup dengan akur. Agar Ayah dan Ibu bisa bahagia disana. Aku bersedia
membantumu mengerjakan pekerjaan rumah, Frank J”.
Frank: ”Terima
kasih untuk semuanya, Quiin. Aku tahu pasti kau akan menerimaku kembali menjadi
saudaramu.”.
Quiin:
”Tentu saja, Frank”.
Sejak
itu, mereka hidup akur dan bahagia layaknya kedua bersaudara. Kini Frank
mengerti bahwa hidup tidaklah selalu
bahagia. Dan kini frank harus belajar menghargai
kehidupannya
sendiri. Ia mulai berfikir bahwa Musim salju tidak sepenuhnya buruk.
Namun
ia bisa mengambil sesuatu pelajaran dari musim salju kali ini.
The End.
0 komentar:
Posting Komentar