1
Burung-burung berterbangan dimusim semi,
seakan-akan menjauhiku, dan terus terbangan dengan sayap indahnya.Entah
mengapa hari ini aku merasa ada yang berbeda, merasa kesepian dan
sendiri, seolah-olah tiada lagi yang berada disampingku saat ini, dan
ternyata benar.
Hari ini aku
mendengar bahwa teman-temanku mendapat kelas yang berbeda denganku, ya
bisa dibilang hari ini adalah hari kenaikan kelas, dimana hari ini
adalah hari yang sangat penting bagi seluruh siswa disekolah, termasuk
aku, tetapi entah mengapa aku merasa kesepian. Pertama masuk sekolah,
tidak ada yang mengesankan bagiku, semuanya terlihat berbeda, tak ada
lagi canda tawa mereka, hanya sendiri dikelas ini, namun tiba-tiba
sesuatu yang indah mulai terjadi.
Aku bertemu
dengan seorang siswa bernama Meriam. Dia murid baru disini, tentu saja
aku sangat penasaran dengannya, apakah dia jail seperti teman-temanku
yang lain? Atau mungkin sebaliknya?. Entahlah, sekarang aku hanya
memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa beradaptasi dan menemukan
teman-teman baruku dikelas.
Jam pelajaran
pun dimulai, lalu Ibu guru segera memperkenalkan anak baru itu.
Ternyata dia cukup baik, tetapi entah mengapa tiba-tiba ia memilih
duduk disebelahku, padahal banyak bangku kosong lainnya. Atau mungkin
merasa kasian melihatku duduk sendiri? Atau dia ketakutan duduk
sendirian?. Entahlah, aku hanya bisa menerimanya. Saat berkenalan
dengannya, ku pikir dia anak yang baik, apalagi saat dia menceritakan
soal kucing kecil dari jepang yang dia suka bernama Hana. Bahkan aku
sempat berfikir kalau nama kucing itu terdengar lebih keren
dibandingkan nama majikannya sendiri.
2
Jam istirahat berbunyi,
namun lagi-lagi ada yang mengganguku, siapa lagi kalau bukan Nia si
cewek planet dengan semua pengikutnya para cewek satelit yang selalu
mengikutinya kemana pun ia pergi. Seperti kelihatanya, faktor ia
membenciku adalah karena mungkin ia iri kepadaku. Padahal mereka semua
jauh lebih popular dan pintar di sekolah ini, aku sendiri pun tak
mengerti bagaimana bisa mereka membenciku.
“Ya ampun, judy, ada apa? Kau sakit?, hahaha” suara prihatin Nia yang palsu membahana di koridor. Dan
para pengikutnya pun tertawa, seakan-akan mereka mendengar lelucon
soal Topi Bodoh Sepanjang Masa yang selalu digunakan untuk membuat jera
para siswa yang pemalas dan bodoh di setiap sekolah luar negeri.
”dasar kau si anak aneh!”, mereka terus mengejekku dari depan telingaku dengan suara yang kecil saat dia melewatiku.
3
Hari-hari buruk telah berlalu,
aku lega punya tempat untuk didatangi sebagai penghilang rasa kesalku
kepada Nia. Sesuatu yang menyita bahkan mengalihkan pikiranku, yaitu
bertemu dengannya ditempat ini. Di Aula Musik, tempat beberapa kelompok
siswa pencinta musik menyalurkan bakat seninya disini, termasuk aku
yang kebetulan gemar sekali menyanyi. Namun, Meriem? Sedang apa dia
disini?. Sambil memandangi sebuah piano berukuran cukup besar dengan
pandangan terlihat sedih seakan-akan seperti seorang anak kecil yang
baru saja melihat ice creamnya yang terjatuh ditanah. Aku sungguh tidak
mengerti apa yang dipikirkannya sekarang, entah mungkin pengalaman
buruknya dengan piano, atau baru saja kehilangan piano kesayangannya?.
Aku berusaha menghilangkan pikiran itu, lagi pula dia anak yang baik,
dia adalah satu-satunya anak yang mau berteman denganku.
Saat
melihatnya memainkan piano. Aku merasa takjub dan wow..ternyata dia
pemain piano. Aku tak menyadari sebelumnya bahwa dia juga penggemar
musik. Pikirku dia sangat cocok dengan semua kegemaranku. Namun,
sesuatu telah mencegah harapannya untuk menjadi pianis adalah
kemampuannya membaca kejadian-kejadian di saat mendatang. Entah percaya
atau tidak, aku tak terlalu peduli dengan gossip-gossip yang beredar
disekolah ini.
4
”apa kau mendengar suara itu?”, tanya pacarku yang sedang makan siang dikelas denganku ”apa yang kau dengar jac?”.
”suara
bentakan seseorang, ya, tepatnya disamping kelas ini.” dengan rasa
penasaran aku bergegas keluar kelas dan langsung menghampiri Nia dan
para cewek satelit yang sedang membentak dan mencaci maki seorang siswi
dan ternyata orang itu adalah, Meriam!, Aku sangat jengkel melihatnya
dicaci maki dengan sekelompok anak usil seperti itu.
”dasar kau
anak aneh! Kau berusaha untuk meramalku kan, kau mengatakan bahwa besok
aku mengalami hal yang buruk!. Bagiku kau seperti seorang medium yang
aneh. Dasar kau anak aneh yang tidak berguna, tak sepantasnya kau
disini!”.dengan suara yang sangat keras sampai bergema ke lorong-lorong
sekolah. Aku tidak tahan melihat ocehan mereka.
”seperti apa dia bagimu? Umm.. apakah seperti aku, Nia?”
”ya cukup
seperti kau, yang aneh dan sangat tidak pantas.” omongannya yang pedas
membuatku tak tahan kepadanya dan membuatku ingin memasukkannya
kegolongan anak topi bodoh ”kau yang tak pantas Nia, kau yang selalu
saja membuatku terinjak-injak, apa kau tak menyadari itu? Kau takut
pada Meriam kan? Karna ia bisa membaca takdirmu hari esok?” dengan
tersenyum sinis.
Tiba-tiba
dengan muka yang tegang akhirnya Nia meninggalkan tempat itu, hanya ada
Meriam yang sedang menangis tersedu-sedu di samping kelas.
5
Senang melihat cuaca hari ini.
Meriam mengajakku main kerumahnya, sekalian ingin melihat kucing
kesayangannya. Aku sangat penasaran, namun aku ada janji siang ini. Aku
bingung harus memilih yang mana, akhirnya aku batalkan acaraku dengan
Meriam dan menepati janjiku dengan teman-temanku.
Lega melihat wajah teman-temanku disini, kami berencana ingin menonton
film bersama di bioskop. Sampai di bioskop kami mulai memilih film mana
yang ingin kami lihat. Pada akhirnya kami memilih sebuah film komedi
”The Tarix Jabrix” aku pun tidak tahu persis bagaimana tulisan dan cara
membaca judul film itu.
Suasana di dalam bioskop yang gelap telah memberi kesan tersendiri,
kesan yang sediki menyeramkan dan ditambah lagi dengan udara yang
sangat dingin membawa aura sendiri kedalam tubuhku, ya, bisa dibilang
aku kedinginan. Rasa dingin yang membuat tulang punggungku dan kakiku
mulai terasa kaku.
6
Merasakan dinginnya aura
diruangan ini membuatku merasa tidak nyaman. Namun Jac membuat semuanya
berubah, dia menatap mataku seakan-akan ia melindungiku. Tatapan yang
dalam, serta sepasang kelopak matanya yang indah menghanyutkan
pikiranku. Suasana dinginnya ruangan yang kurasakan seakan-akan tidak
terasa jika aku bersamanya. Lalu dia memberikanku senyuman yang manis,
senyuman yang setiap saat membawa kehangatan untukku, wajahnya yang
tampan membuatku terpana. Tiba-tiba suara dari film di bioskop semakin
keras, dan menghamburkan pikiranku, aku hanya bisa menonton film dan
mengingat senyuman Jac yang menawan.
Dinginnya
ruangan seakan-akan menusuk tulangku, tak sadar aku memberikan kode
kepada Jac, tiba-tiba dia memberikan sweaternya yang tebal kepadaku.
Dengan perasaan tidak enak hati aku pun menerima tawarannya. Aku
menutupi tubuhku dengan sweater itu. Bahan sweater yang tebal dan halus
membuatku merasa nyaman dan memberikan kesan tersendiri kepadaku,
seperti berada dipelukkan Jac. Suasana yang romantis dan dingin
membuatku ingin menatap Jac, namun tiba-tiba, ”I love you, Judy” gumam
jack dengan suaranya yang kecil dan berat ”Love you too Jac, disini
dingin, apa kau tidak merasa dingin, Jac?” jawabku dengan suara yang
kecil pula ”tidak, aku tidak merasa dingin jika bersamamu, Judy”.
Kata-kata romantisnya yang mennghanyutkan pikiran dan hatiku, aku
sungguh senang bisa melewati hari-hariku bersamanya.
0 komentar:
Posting Komentar