VII
“Kriiingg…Kriiiing”
Suara itu
masih terdengar jelas di telingaku, aku sampai tak tahan mendengarnya,
rasanya aku ingin segera keluar dan pergi dari rumah ini agar tidak
mendengar suara itu lagi, kepalaku pusing dan aku mulai mual saat
mendengarnya, sampai-sampai aku tidak bisa menyentuh telefon itu.
Tiba-tiba lampu
dirumah itu padam, aku dan Lola semakin merasa takut, kini bulu kudukku
mulai terasa berdiri, rasa takutku mulai meningkat, bersyukur setelah
aku ingat bahwa aku membawa senter yang ku taruh di dalam tasku.
“sedikit penerangan lebih baik, Annie”, Lola berbisik kepadaku.
Ya,
lebih baik, benar yang dikatakan Lola, setidaknya dapat mengatasi rasa
takutku, walau tidak semua, namun sedikit. Kini lumayan terasa lega
perasaanku, aku bisa melihat mata Lola yang mulai meluarkan air mata,
sepertinya ia sangat ketakutan sampai-sampai ia nangis. Tanpa berfikir
panjang, aku menawarkan Lola untuk duduk. Rasa takut ini tiba-tiba
membuat kami terasa lapar, terdengar jelas oleh kami suara perut kami
yang menggerutu. Beruntung kami membawa perbekalan lengkap, kami memang
belum makan malam, jadi kami sengaja membawa sedikit cokelat untuk
menenangkan pikiran dan perasaan kami, kudengar cokelat bisa
menenangkan pikiran, kau pun tahu itu kan.
Sudah
merasa lebih tenang, kami mencoba untuk melanjutkan misi kami, namun
tiba-tiba Lola menolak, ia sudah tidak tahan dengan ketegangan yang ada
di rumah ini. Tidak ingin merasa sia-sia, aku pun nekat mendekati,
menyentuh, dan menjawab telefon yang berdering itu. jujur, selama ini
aku merasa penasaran, siapa yang menghubungi telefon itu tiap malam?
Untuk apa? Dan kenapa?, semua pertanyaan itu ada dikepalaku. Namun apa
yang terjadi malah berlawanan.
VIII
Saat
mencoba untuk mengangkat telefon itu, aku merasa sesuatu akan terjadi,
namun aku berusaha untuk menepisnya dengan menarik nafas lalu
menghembuskannya kembali, lalu saat telefon itu kudekatkan ketelingaku,
dan mengatakan Halo? Dan Siapa Ini?, tiba-tiba terdengar suara, tidak
terlalu jelas suaranya, seperti suara seseorang yang sedang merintih
kesakitan dan tersiksa, dan berusaha berbicara melalui telefon, namun
seseorang itu berbicara....
”Hubungi aku lagi, ada banyak yang ingin kuceritakan kepadamu, disini, merasa kesakitan dan terperangkap...ketakutan,”
lantas
aku langsung menutup telefon itu, aku berfikir sepertinya seseorang
yang menelefon itu adalah salah satu arwah yang terperangkap dirumah
ini dan tidak bisa keluar.
Aku
merasa ketakutan dan mulai menangis. Tubuhku mulai melemah, Aku
langsung terdiam bungkam tanpa berbicara apapun seraya memapah tubuh
Lola yang lemas untuk keluar dari rumah ini, namun kini didepan kami,
terlihat jelas sesuatu yang tidak ingin kami lihat, sesosok hantu
perempuan berpakaian seperti orang Veteran berdiri dihadapan kami,
sosok itu terlihat cantik walaupun sudah menjadi arwah.
IX
Kami mulai menyerah dari semua ini, namun sosok itu selalu menghalangi kami untuk tetap pergi.
”tolong
kami disini, kami terjebak disini bertahun-tahun lamanya, namun tak ada
seorang pun yang datang kerumah ini untuk meyelamatkan kami, mereka
semua merasa ketakutan dan pergi, kami berusaha memberi tahu mereka
dengan suara telefon itu, namun tak ada yang datang, sampai pada
akhirnya kini kami merasa puas akan kedatangan kalian,”
Sosok
itu berbicara pada kami dengan suara merintih kesakitan, aku tahu jelas
bagaimana perasaan para arwah disini, walau ia tidak sama sepertiku,
tentu mereka mempunyai perasaan juga kan.
”aku
mengerti apa maksudmu, namun apa tidak terlalu sulit untuk meyakinkan
semua orang akan keberadaan arwah kalian disini? Bagaimana caranya?”
aku berkata.
”ini.. ku berikan kalungku, didalam kalung itu terdapat fotoku dan ibuku, kau bisa melihatnya bukan?”.
”ya, aku bisa melihatnya. Namun untuk apa kalung ini?”
”itu
hanya untuk bukti, berikan itu kepada orang-orang, agar mereka bisa
menyelidikinya, dan mengetahui kejadian yang kami alami dulu, kejadian
itu hanya diketahui sekelompok arwah saja, seperti arwah seorang nenek
yang kemarin kalian temui”.
”umm.. ok. Kami bersedia membantumu, iya kan Lola? J”.
”tentu saja Annie! J”.
”terima kasih kalian sudah mau membantu kami,.”
Hari
yang menegangkan sudah terasa cukup untuk ku alami, ditanganku masih
menggenggam kalung milik arwah itu, besok aku akan memberikan ini
kepada polisi, dan meminta mereka untuk membantu kami menggeledah isi
rumah itu, dan menemukan tulang belulang para arwah yang tersisa untuk
dikubur ditempat yang layak, agar para arwah tenang dan tidak merusak
hidupku dan menggangguku dibawah bayang-bayang suara dering itu.
X
Mulai
bersiap-siap untuk memulai misi kami yang kedua, kami memilih untuk
memberi tahu orang tuaku terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan
yang lebih jauh.
”Bagaimana menurut ibu tentang hal ini?”, aku pun bertanya mengenai hal ini kepada ibuku.
”Kau
tahu Annie, umurmu masih muda dan terlalu muda untuk mengetahui masalah
ini, tidak terlalu penting untukmu untuk mengurusi masalah ini”.
Baiklah, ini yang tak kusukai, kalau ada seseorang yang mencoba menghalangi rencanaku.
”tetapi ibu, aku dan Lola bisa mengatasi ini semua. Percayalah kepadaku! Aku mohon..”. aku terus memohon.
“sudahlah
Annie, berjanjilah kepada ibu, kalau kau tidak akan berbicara kepada
siapapun mengenai hal ini?”, tukas ibu seraya mennunjukkan
kelingkingnya kepadaku sebagai tanda perjanjian.
“umm..baiklah. Aku mulai menyerah sekarang..”.
Aku
dan Lola duduk terdiam memikirkan masalah ini, aku tidak suka berdiam
diri selama masalah ini masih berputar di pikiranku. Baiklah, mungkin
aku dan Lola sudah berjanji untuk tidak mengatakan hal ini kepada siapa
pun, tetapi aku tidak berjanji untuk tidak berbuat apapun kan? J.
Aku memulai misi ini tanpa sepengetahuan ibuku, jika ia tahu, kau pasti tahu apa yang akan terjadi, ya? Dia akan mencoba merusak rencanaku. Huft. Dimulai dari kantor polisi terdekat.
”Halo pak! Bagaimana kabar anda? Kau sudah tahu kan untuk apa kami kesini!”. tukasku.
”ya, Annie..ada yang bisa aku bantu?” jawab pak polisi.
”apa kau tahu tentang benda ini? Dan hal yang bisa di selidiki dari barang ini?!”, seraya menunjukkan kalungnya.
”umm..mungkin saja kami bisa mengatasinya. Kami akan mencoba menyelidikinya, Annie. Bisa kau tunggu sebentar?”.
”baiklah pak..”.
Waktu
terus berjalan, kami menunggu di kantor polisi untuk mengetahui
bagaimana perkembangan misi kami ini. Tiba-tiba keluarlah pak polisi
yang memegang selembar keras berisi keterangan.
”menurut hasil laporan yang sudah diteliti, benda ini sudah berumur lama. Sepertinya
ini milik seorang saudagar kaya dari belanda. Dilihat dari bentuk, dan
gayanya. Kalau dilihat dari fotonya, pemiliknya pernah mengalami suatu
masalah yang belum pernah terpecahkan. Karna disekitar kalung terdapat
bercak darah. Dari mana kau menemukan ini, Annie?”
”dirumah dekat rumahku pak, tepatnya disamping rumahku.”
”bisakah kau mengantarku kesana?”.
”sekarang? Baiklah. J”.
Kami
telah sampai dirumah ini, sungguh aku dan Lola tidak percaya kalau kami
telah menginjak rumah ini untuk yang kedua kalinya setelah apa yang
terjadi semalam.
”disini tempatnya?”
”iya pak, tepatnya disini.” tukas Lola.
”Umm...bangunanya sudah terlihat tua dan ketinggalan mode”,
”benar sekali, namun ada sesuatu yang berbicara kepada kami disini pak.”
”siapa itu?”.
”Arwah pemilik kalung itu, ia yang memberikan kalung itu”.
”Oh, benarkah?” tanya pak polisi dengan wajah yang sedikit ragu.
”ya,
kami tidak mencoba untuk berbohong pak. Disini banyak sekali para arwah
yang bergentayangan dan meminta untuk ditemukan mayat mereka dan
dikuburkan secara layak”. tukasku meyakinkan pak polisi.
”mungkin aku bisa membantu mereka, Annie. Aku akan mencoba mempercayai kalian”.
”terima kasih banyak atas bantuanmu, pak J”.
XI
Melanjutkan
misi kami, kami mulai mencari sedikit demi sedikit tulang belulang para
arwah, walaupun tidak utuh, namun yang terpenting kami bisa
menemukannya dan menguburkannya secara layak. Agar aku tidak mendengar
bunyi dering itu selamanya.
Aku
mencoba memanggil para arwah dan berkomunikasi kepada mereka dimana
tulang belulang mereka bisa kami temukan. Tiba- tiba muncul sesosok
arwah perempuan yang kami lihat kemarin malam.
”kami lega dapat melihat kalian kembali disini, kalian ingin mencari kami bukan?” tukas para arwah.
”iya, dimana kami bisa menemukan sebagian tulang kalian?”.
”kalian
bisa mencarinya di bagian-bagian sudut rumah ini, pasti kalian akan
menemukannya. Dan jangan lupa untuk menguburkannya secara layak. Kami
ingin segera tidur dengan tenang, setelah menunggu bertahun-tahun
lamanya”.
”baik, kami bisa mengaturnya. Kami akan mulai mencarinya sekarang.”.
One by one, kami menemukan sisa tulang belulang para arwah. Aku
mengerti sekarang kenapa telefon itu terus berdering. Para arwah terus
mengganggu hidupku dengan bunyi telefon mengerikan itu. Tetapi sebentar
lagi para arwah tidak perlu melakukannya lagi.
Aku
merasa lega setelah menguburkan tulang-tulang para arwah bersama Lola
dan Pak polisi. Walau sedikit menyeramkan, namun malam ini aku tidak
perlu takut lagi dan para arwah tidak akan merusak hidupku lagi. Dengan
bunyi.... ”Kriiing...Kriing!!”.
Oh Tidak!...