Jumat, 18 Mei 2012

Suddenly.. by: Azura

1
            Burung-burung berterbangan dimusim semi, seakan-akan menjauhiku, dan terus terbangan dengan sayap indahnya.Entah mengapa hari ini aku merasa ada yang berbeda, merasa kesepian dan sendiri, seolah-olah tiada lagi yang berada disampingku saat ini, dan ternyata benar.

Hari ini aku mendengar bahwa teman-temanku mendapat kelas yang berbeda denganku, ya bisa dibilang hari ini adalah hari kenaikan kelas, dimana hari ini adalah hari yang sangat penting bagi seluruh siswa disekolah, termasuk aku, tetapi entah mengapa aku merasa kesepian. Pertama masuk sekolah, tidak ada yang mengesankan bagiku, semuanya terlihat berbeda, tak ada lagi canda tawa mereka, hanya sendiri dikelas ini, namun tiba-tiba sesuatu yang indah mulai terjadi.

            Aku bertemu dengan seorang siswa bernama Meriam. Dia murid baru disini, tentu saja aku sangat penasaran dengannya, apakah dia jail seperti teman-temanku yang lain? Atau mungkin sebaliknya?. Entahlah, sekarang aku hanya memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa beradaptasi dan menemukan teman-teman baruku dikelas.

            Jam pelajaran pun dimulai, lalu Ibu guru segera memperkenalkan anak baru itu. Ternyata dia cukup baik, tetapi entah mengapa tiba-tiba ia memilih duduk disebelahku, padahal banyak bangku kosong lainnya. Atau mungkin merasa kasian melihatku duduk sendiri? Atau dia ketakutan duduk sendirian?. Entahlah, aku hanya bisa menerimanya. Saat berkenalan dengannya, ku pikir dia anak yang baik, apalagi saat dia menceritakan soal kucing kecil dari jepang yang dia suka bernama Hana. Bahkan aku sempat berfikir kalau nama kucing itu terdengar lebih keren dibandingkan nama majikannya sendiri.

2
          Jam istirahat berbunyi, namun lagi-lagi ada yang mengganguku, siapa lagi kalau bukan Nia si cewek planet dengan semua pengikutnya para cewek satelit yang selalu mengikutinya kemana pun ia pergi. Seperti kelihatanya, faktor ia membenciku adalah karena mungkin ia iri kepadaku. Padahal mereka semua jauh lebih popular dan pintar di sekolah ini, aku sendiri pun tak mengerti bagaimana bisa mereka membenciku.

            “Ya ampun, judy, ada apa? Kau sakit?, hahaha” suara prihatin Nia yang palsu membahana di koridor. Dan para pengikutnya pun  tertawa, seakan-akan mereka mendengar lelucon soal Topi Bodoh Sepanjang Masa yang selalu digunakan untuk membuat jera para siswa yang pemalas dan bodoh di setiap sekolah luar negeri.

            ”dasar kau si anak aneh!”, mereka terus mengejekku dari depan telingaku dengan suara yang kecil saat dia melewatiku.


3
          Hari-hari buruk telah berlalu, aku lega punya tempat untuk didatangi sebagai penghilang rasa kesalku kepada Nia. Sesuatu yang menyita bahkan mengalihkan pikiranku, yaitu bertemu dengannya ditempat ini. Di Aula Musik, tempat beberapa kelompok siswa pencinta musik menyalurkan bakat seninya disini, termasuk aku yang kebetulan gemar sekali menyanyi. Namun, Meriem? Sedang apa dia disini?. Sambil memandangi sebuah piano berukuran cukup besar dengan pandangan terlihat sedih seakan-akan seperti seorang anak kecil yang baru saja melihat ice creamnya yang terjatuh ditanah. Aku sungguh tidak mengerti apa yang dipikirkannya sekarang, entah mungkin pengalaman buruknya dengan piano, atau baru saja kehilangan piano kesayangannya?. Aku berusaha menghilangkan pikiran itu, lagi pula dia anak yang baik, dia adalah satu-satunya anak yang mau berteman denganku.

            Saat melihatnya memainkan piano. Aku merasa takjub dan wow..ternyata dia pemain piano. Aku tak menyadari sebelumnya bahwa dia juga penggemar musik. Pikirku dia sangat cocok dengan semua kegemaranku. Namun, sesuatu telah mencegah harapannya untuk menjadi pianis adalah kemampuannya membaca kejadian-kejadian di saat mendatang. Entah percaya atau tidak, aku tak terlalu peduli dengan gossip-gossip yang beredar disekolah ini.

4
”apa kau mendengar suara itu?”, tanya pacarku yang sedang makan siang dikelas denganku ”apa yang kau dengar jac?”.

            ”suara bentakan seseorang, ya, tepatnya disamping kelas ini.” dengan rasa penasaran aku bergegas keluar kelas dan langsung menghampiri Nia dan para cewek satelit yang sedang membentak dan mencaci maki seorang siswi dan ternyata orang itu adalah, Meriam!, Aku sangat jengkel melihatnya dicaci maki dengan sekelompok anak usil seperti itu.

            ”dasar kau anak aneh! Kau berusaha untuk meramalku kan, kau mengatakan bahwa besok aku mengalami hal yang buruk!. Bagiku kau seperti seorang medium yang aneh. Dasar kau anak aneh yang tidak berguna, tak sepantasnya kau disini!”.dengan suara yang sangat keras sampai bergema ke lorong-lorong sekolah. Aku tidak tahan melihat ocehan mereka.

            ”seperti apa dia bagimu? Umm.. apakah seperti aku, Nia?”

            ”ya cukup seperti kau, yang aneh dan sangat tidak pantas.” omongannya yang pedas membuatku tak tahan kepadanya dan membuatku ingin memasukkannya kegolongan anak topi bodoh ”kau yang tak pantas Nia, kau yang selalu saja membuatku terinjak-injak, apa kau tak menyadari itu? Kau takut pada Meriam kan? Karna ia bisa membaca takdirmu hari esok?” dengan tersenyum sinis.

            Tiba-tiba dengan muka yang tegang akhirnya Nia meninggalkan tempat itu, hanya ada Meriam yang sedang menangis tersedu-sedu di samping kelas.

5
            Senang melihat cuaca hari ini. Meriam mengajakku main kerumahnya, sekalian ingin melihat kucing kesayangannya. Aku sangat penasaran, namun aku ada janji siang ini. Aku bingung harus memilih yang mana, akhirnya aku batalkan acaraku dengan Meriam dan menepati janjiku dengan teman-temanku.
           
            Lega melihat wajah teman-temanku disini, kami berencana ingin menonton film bersama di bioskop. Sampai di bioskop kami mulai memilih film mana yang ingin kami lihat. Pada akhirnya kami memilih sebuah film komedi ”The Tarix Jabrix” aku pun tidak tahu persis bagaimana tulisan dan cara membaca judul film itu.
           
            Suasana di dalam bioskop yang gelap telah memberi kesan tersendiri, kesan yang sediki menyeramkan dan ditambah lagi dengan udara yang sangat dingin membawa aura sendiri kedalam tubuhku, ya, bisa dibilang aku kedinginan. Rasa dingin yang membuat tulang punggungku dan kakiku mulai terasa kaku.
           
6
          Merasakan dinginnya aura diruangan ini membuatku merasa tidak nyaman. Namun Jac membuat semuanya berubah, dia menatap mataku seakan-akan ia melindungiku. Tatapan yang dalam, serta sepasang kelopak matanya yang indah menghanyutkan pikiranku. Suasana dinginnya ruangan yang kurasakan seakan-akan tidak terasa jika aku bersamanya. Lalu dia memberikanku senyuman yang manis, senyuman yang setiap saat membawa kehangatan untukku, wajahnya yang tampan membuatku terpana. Tiba-tiba suara dari film di bioskop semakin keras, dan menghamburkan pikiranku, aku hanya bisa menonton film dan mengingat senyuman Jac yang menawan.

            Dinginnya ruangan seakan-akan menusuk tulangku, tak sadar aku memberikan kode kepada Jac, tiba-tiba dia memberikan sweaternya yang tebal kepadaku. Dengan perasaan tidak enak hati aku pun menerima tawarannya. Aku menutupi tubuhku dengan sweater itu. Bahan sweater yang tebal dan halus membuatku merasa nyaman dan memberikan kesan tersendiri kepadaku, seperti berada dipelukkan Jac. Suasana yang romantis dan dingin membuatku ingin menatap Jac, namun tiba-tiba, ”I love you, Judy” gumam jack dengan suaranya yang kecil dan berat ”Love you too Jac, disini dingin, apa kau tidak merasa dingin, Jac?” jawabku dengan suara yang kecil pula ”tidak, aku tidak merasa dingin jika bersamamu, Judy”. Kata-kata romantisnya yang mennghanyutkan pikiran dan hatiku, aku sungguh senang bisa melewati hari-hariku bersamanya.


Continue..

0 komentar: